Lihat ke Halaman Asli

Meliana Aryuni

Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Adakah Nilai Positif Dae Jang Geum?

Diperbarui: 8 Januari 2021   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pinterest

Drama Korea Jewel in the Palace merupakan drama Korea yang banyak disukai. Salah satu media online menyatakan bahwa drama ini termasuk terpopuler (diakses di http://www.jogja.tribbunews.com pada 7 Januari 2021).

Drama Korea yang tayang pertama kali pada tanggal 15 September 2003 dan berakhir pada 23 Maret 2004 sebanyak 54 episode ini menjadi tontonan yang ditunggu pemirsa televisi.

Drama Korea bercerita tentang kehidupan dokter pertama wanita dari dinasti Joseon Korea. Lika-liku Dae Jang Geum menjadi seorang dokter memberi pelajaran tersendiri bagi penonton agar tetap optimis dalam meraih impian.

Setelah 17 tahun berlalu dari tayangan perdananya, drama Dae Jang Geum yang ditayangkan di sebuah stasiun tv swasta masih tetap ditunggu. Setiap episode dalam drama ini memberikan kejutan-kejutan sehingga penonton menjadi penasaran.

Terlepas dari semua keseruan yang diperankan oleh pemain Dae Jang Geum, yang menjadi perhatian saya adalah busana yang dikenakan oleh para pemain. Busana yang sopan dengan warna-warna menarik menjadikan drama ini jauh dari nilai keseronokan.

Dalam setiap adegan, drama ini tidak menampilkan adegan-adegan vulgar sehingga bisa ditonton bersama anak. Meskipun ada adegan perkelahian di beberapa episode, saya rasa wajar karena ini adalah kisah sejarah sehingga jika anak menontonnya, bersamai mereka saat itu.

Ada beberapa nilai positif yang saya tangkap dari drama Dae Jang Geum ini. Pertama, jangan melupakan sejarah. Sesuatu yang ada sekarang adalah berasal dari masa lalu. Jadi, bersyukurlah dengan keadaan sekarang. Kedua, dominasi laki-laki dalam struktur pemerintahan ternyata bisa dikalahkan oleh kepandaian dan kelebihan dari seorang wanita. Maka, menganggap wanita lebih rendah itu bukan cara yang tepat.

Ketiga, suatu tontonan yang menarik tidak melulu menampilkan kemolekan tubuh  seorang wanita sebagai objek utama. Seorang produser harus pandai menjual nilai lebih dari sebuah cerita yang diangkat sehingga tidak ada kesan omong kosong padanya.
Keempat, dengan adanya drama ini, penikmat drama merasa terbuai dengan keindahan Korea dan ingin berkunjung ke sana. Ini merupakan hasil yang juga diharapkan oleh pemerintah. Karena tontonan, kunjungan dari negara luar bisa saja terjadi di Korea.

Drama Korea ini dapat dijadikan pembelajaran penting bagi para produser di tanah air. Banyak sejarah di Indonesia yang bisa dibuat sebagai pembelajaran lewat drama atau film. Saya yakin, jika sejarah itu dikemas dengan semenarik mungkin, maka bukan hanya booming yang kita dapat. Kecintaan kita pada tanah air pun akan dirasakan bagi yang menontonnya.

Apapun tontonan kita, carilah tontonan yang bermanfaat. Karena setiap tontonan itu akan memberikan arti dalam hidup di dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline