Lihat ke Halaman Asli

Meldy Muzada Elfa

TERVERIFIKASI

Dokter dengan hobi menulis

Kapan Menyatakan Palliative Care (Perawatan Paliatif)?

Diperbarui: 17 Februari 2022   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi palliative care (SHUTTERSTOCK)

Siklus kehidupan berawal dari saat kita terlahir, kemudian tumbuh menuju fase anak-anak, dewasa dan kemudian ke tahap akhir yaitu lanjut usia yang identik dengan dekatnya manusia dengan kematian. 

Dalam siklus kehidupan, kematian bisa terjadi kapan saja tanpa melewati tahapan yang sudah dilaksanakan. Kematian bisa terjadi secara mendadak karena penyakit, trauma, rudapaksa ataupun kecelakaan, namun bisa juga terjadi dengan prediksi karena suatu penyakit yang diderita seseorang.

Sudah banyak penelitian tentang prediksi kematian akibat penyakit kronik yang bersifat terminal, sebagai contoh misalnya survival rate (kelangsungan hidup) individu dalam 1 tahun pada penderita kanker, survival rate pada penderita Penyakit GInjal Kronik dengan komorbid/penyakit penyerta dan lain sebagainya. 

Tentunya ketika penderita dihadapkan pada kasus penyakit terminal, maka perencanaan perjalanan hidup ke depan sudah harus disiapkan sejak dini, tidak hanya terkait penyakit yaitu nyeri, sesak, lemah dan lain-lain, namun juga terkait keputusan bagaimana dirawat, biaya pengobatan sampai pembagian harta warisan sudah dibicarakan sejak dini.

Berkaca dari hal tersebut, maka muncullah istilah perawatan paliatif (palliative care). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) palliative care adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah kesehatan yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan tindakan untuk mengurangi nyeri, masalah fisik, sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien selama pengobatan. 

Umumnya, perawatan ini ditujukkan pada pasien kanker dengan stadium lanjut. Dalam perawatan, tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, pekarya dan keluarga pasien akan berkeja sama untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, sebagai contoh misalnya pasien mengeluhkan nyeri, maka untuk meringankan gejalanya dokter meresepkan obat pereda nyeri kanker tambahan. 

Perawatan paliatif ini diperuntukkan kepada penyakit terminal antara lain kanker stadium akhir, gagal jantung yang sudah berat, penyakit Ginjal Kronik end-stage, dan penyakit lain yang sifatnya tidak akan membaik lagi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

  1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
  2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
  3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
  4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
  5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
  6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga.

Dalam perkembangannya, sedikit terjadi pergeseran makna dari perawatan paliatif ini, dari yang semula adalah perawatan yang bersifat pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi beban penyakit dan mempersiapkan kematian, menjadi semacam diagnosa akhir pada pasien yang sudah menjelang kematian sehingga menjadi terkesan abai atau mengabaikan.

Sebagai contoh ketika pasien dengan kanker paru stadium lanjut yang sudah jelas survival rate di bawah 5 tahun, tetapi tidak pernah dilakukan edukasi terkait perawatan paliatif, hanya menjalani pengobatan rutin kemoterapi dan kontrol rutin, kemudian masuk karena sesak berat dan berdasarkan penilaian pasien tersebut tidak akan bertahan lama lagi, baru dikatakan ke keluarga bahwa pasien ini hanya paliatif saja lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline