Lihat ke Halaman Asli

Melda Armufesan

Mahasiswi Hubungan internasional

Hubungan Internasional dalam Paradigma Liberalisme

Diperbarui: 10 April 2020   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Liberalisme secara harfiah  bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi mengenai kebebasan (liberte). Namun dalam Studi Hubungan Internasional (HI), liberalisme adalah salah satu teori untuk memahami suatu permasalahan mengenai realitas interaksi antar negara. Pada kelahirannya pasca Perang Dunia Pertama, HI pada dasarnya mengacu pada satu-satunya teori yang muncul pada saat itu, yaitu teori liberalisme ini.

Asumsi utama teori liberalisme mengacu pada pandangan positif mengenai sifat manusia. Manusia cenderung berbuat baik dan suka dengan cara-cara kooperatif dalam menyelesaikan masalah. Begitu pula kemudian teori ini di aplikasikan terhadap negara yang dipengaruhi oleh manusia-manusia yang menjadi anggota negara tersebut. Hal ini berbeda dengan asumsi realisme yang nantinya akan mendebat teori ini dengan memberikan asumsi sebaliknya.

Liberalisme ini pada awalnya merupakan sebuah tanggapan pasca Perang Dunia Pertama dimana para akademisi mencoba mencari sebuah solusi lebih baik untuk menjauhkan perang dari interaksi antar negara. Tokoh-tokoh kunci dalam teori liberalisme adalah Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat yang kemudian menggagas Liga Bangsa-Bangsa dan Davied Davies, Kepala Departemen Studi Politik Internasional (cikal bakal nama HI) di Wales. Meski begitu para tokoh ini banyak mengambil pendapat dari filsuf-filsuf klasik seperti John Locke, Jeremy Bentham dan Immanuel Kant. Kemudian setelah itu dilanjutkan oleh pemikiran-pemikiran liberalisme kontemporer seperti Robert Keohane, John Burton, Joseph Nye Jr. dan masih banyak lagi.

Hubungan Internasional yang berkembang saat ini tetap tidak dapat terlepas dari fenomena-fenomena dunia yang terjadi. Fenomena-fenomena yang berkembang dinamis ini menimbulkan berkembangnya banyak pemikiran atau gagasan dari berbagai macamsudut pandang yang berbeda yang dikemukakan oleh berbagai aktor yang terlibat di dalamnya.Pemikiran-pemikiran ini menjadikan ilmu Hubungan Internasional berkembang menjadi ilmuyang semakin luas wawasannya. Perbedaan sudut pandang ini jugamenimbulkan pertentangan antara satu dengan yang lainnya sehingga akhirnya memunculkan suatu perdebatan besar yang disebut dengan  The Great Debates
Ada empat perdebatan besar sejak Hubungan internasional menjadi subjek akademik di akhir perang dunia I hingga saat ini.
a)Perdebatan pertama adalah antara Liberalisme dan Realisme
b)Perdebatan besar kedua antara pendekatan tradisional dan behavioralisme
c)Dan perdebatan besar terakhir yaitu anatara Neorealisme/Neoliberalisme dan Marxisme
Pandangan kaum Liberalisme dan realisme terhadap ilmu hubungan internasional selalu menjadi perdebatan menarik di kalangan para ahli.


Liberalisme dalam ilmu Hubungan Internasional melihat dan menyatakan bahwa moralitas,hukum, dan organisasi internasional dapat menjadi dasar bagi hubungan di berbagai negara;sifat dasar manusia tidak jahat; hubungan yang damai dan kooperatif di berbagai negaramungkin terjadi; dan negara-negara dapat beroperasi sebagai sebuah komunitas yang bukanhanya sebagai agen otonom yang mementingkan diri sendiri (Goldstein, 2005:101).Asumsi-asumsi dasar liberal adalah yang pertama, pandangan positif tentang sifat manusia; yangkedua yaitu, keyakinan bahwa Hubungan Internasional dapat bersifat kooperatif daripadakonfliktual; yang ketiga, percaya terhadap kemajuan (Jackson dan Sorensen, 1999:139). Urusan internasional telah menjadi musuh bebuyutan dari liberalisme. Inti dari liberalismeadalah pengendalian diri, moderasi, kompromi dan perdamaian. Sedangkan esensi politikinternasional adalah kebalikannya. Liberalisme adalah sebuah ideologi yang memfokuskantentang kepedulian terhadap kebebasan individu, kaum liberal melihat pembentukan negarasebagai bagian penting untuk mempertahankan kebebasan baik dari bahaya oleh individu lainatau negara; negara harus selalu menjadi penyalur yang melayani keinginan bersama, bukansebagai penguasa, dan lembaga-lembaga demokratis merupakan sarana untuk menjamin halini (Baylis dan Smith, 2001:163)  
Terdapat perbedaan sudut padang tentang  antara kaum liberalis dan kaum realis. Kaum realis mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan untuk mendapatkan aktor lain untuk melakukan sesuatu atau kemampuan yang dibutuhkan untuk sangat mempengaruhi actor. Beberapa kaum liberal menganggap ini pada dasarnya adalah penindasan, berakar pada kebutuhan untuk mengontrol atau mendominasi orang lain.power  tidak didasarkan pada kekuasaan atas orang lain, tetapi daya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemberdayaan seperti itu sering memerlukan pembentukan koalisi dan kemitraan, atau mobilisasi sumber daya beberapa aktor untuk tujuan yang sama. Bagi banyak kaum liberal, ini adalah yang lebihtepat, konsep baru yang lebih berguna dari power.


Selain aktor negara, kaum liberalis juga mengenal aktor non-negara seperti contohnya yaitu NGOs, IGOs dan kelompok-kelompok etnik dalam masyarakat. Masyarakat liberalis menganggap bahwa tidakan kerjasama lebihrasional dibandingkan dengan tindakan peperangan (Goldstein, 2005:102-103).

Jadi Kesimpulannya adalah bahwa perspektif Liberalisme adalah sebuah perspektif yang memiliki pandangan lain terhadap manusia yang bertentangan denga perspektif Realisme. Apabila Perspektif Realisme menyatakan bahwa manusia pada dasrnya adalah jahat, maka perspektif liberalisme menyatakan bahwa tidak selamanya manusia adalah jahat. Manusia pun pada dasrnya memiliki  sifat yang kooperatif dan mampu bekerjasama. Jika perspektif realisme menekankan pada power untuk mencapai kepentingan dan perdamaian maka perspektif liberalisme menekankan pada interdepensi antar negara serta sifat kerjasamalah yang membuat setiap negara akan berpikir ulang untuk berkonflik dengan negara lain mengingat kondisi dimana saling membutuhkan satu sama lain.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline