Psikosomatik merupakan keluhan fisik yang disebabkan oleh situasi psikososial tertentu yang cukup signifikan bagi seseorang. Masalah bio-psiko-sosial menjadi perhatian penyebab timbulnya keluhan-keluhan psikosomatik. Diagnosis berbagai masalah psikosomatik dibuat setelah menyingkirkan masalah pada tubuh yang secara nyata ditemukan bukti objektifnya, seperti sumbatan pembuluh darah koroner, perdarahan otak.
Beberapa gangguan fisik yang sering terpengaruh akibat psikosomatis adalah bagian pencernaan, biasanya dialami oleh para pelajar atau mahasiswa menjelang ujian yang stress, atau para karyawan dan pengusaha yang mendadak sakit kepala menjelang rapat penting. Ada juga yang mendadak terserang asma saat mendengar kabar buruk, dan ada juga orang yang selalu merasa nyeri di tubuhnya, tetapi tidak ada diagnosa masalah secara fisik.
Obat-obatan sesuai gejala fisik maupun psikis hanya merupakan pengobatan pendukung sementara. Masalah psikosomatik tersebut memang menuntut kesabaran dan perhatian dokter pada masalah bio-psiko-sosial pasien secara menyeluruh untuk mendapatkan keyakinan kembali maupun meluruskan pandangan pasien mengenai apa yang dihadapi pasien sehingga menghasilkan berbagai keluhan tersebut.
Stress menjadi kata kunci yang memicu masalah psikosomatik, karena si individu tidak bisa menahan beban mental yang dialaminya secara psikologis, berimbas kepada tubuhnya. Kekhawatiran yang sering muncul adalah gangguan produktivitas sehari-hari, ketegangan otot, jantung berdebar-debar, kegemukan yang tidak wajar. Dampak serius yang dapat ditimbulkan dari psikosomatis adalah infeksi hingga kemunculan kanker.
Perkembangan dunia kedokteran kini sudah banyak mempelajari cara penanganan pasien dengan berbagai keluhan psikosomatis. Prinsip tindakan sederhana yang dapat dilakukan adalah memberikan ruang bagi pasien untuk mengutarakan permasalahan yang dialami dan melatih pasien untuk berpikir secara rasional. Penyesuaian kembali moral, etika, dan landasan spiritual telah diteliti berperan besar dalam pengobatan kasus-kasus psikosomatik.
Terapi yang paling dapat dipercaya saat ini terhadap masalah psikosomatis adalah terapi kognitif dan perilaku (Cognitive Behaviour Therapy - CBT). Penelitian berulang-ulang mengenai metode tersebut telah terbukti secara luas. Prinsip terapi itu didasarkan pada pengenalan pikiran “otomatis” (automatic thought) yang buruk yang muncul pada pikiran pasien serta mengubahnya menjadi positif. Maksud dari pikiran “otomatis” tersebut adalah apa yang segera dipikirkan oleh seseorang ketika dihadapkan pada suatu hal yang tidak menyenangkan padanya.
Rob Bothwell, seorang dokter psikiatri, mencontohkan seorang dokter kerap kali memikirkan dirinya tidak berguna sesudah dikritik dengan pedas oleh seorang pasiennya, padahal pasiennya yang lain merasa puas diobati oleh dokter tersebut. Penelusuran lebih lanjut mendapatkan bahwa orang tua dokter tersebut cukup sukses, tetapi perfeksionis sehingga hal tersebut diajarkan pada anaknya. Tidak heran jika pemikiran dokter tersebut menjadi demikian karena kepercayaan yang dianutnya mengharuskan ia demikian.
Oleh karenanya, konsultasi dengan psikolog atau dokter pribadi Anda untuk mengubah jalan pikiran serta menemukan hal-hal positif yang bermakna untuk Anda menjadi anjuran terapi saat ini. Dokter dapat menilai apakah masalah fisik atau psikis yang dialami Anda sekaligus menjadi salah seorang tempat Anda berkonsultasi mengenai masalah psikis tersebut.
Sumber:
- Rob Bothwell. Cognitive behavior therapy for psychosomatic disorders. 2003.
- Mudjaddid E, Shatri H. Gangguan psikosomatik: gambaran umum dan patofisiologinya. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
- Kroenke K. Efficacy of treatment for somatoform disorders: a review of randomized controlled trials.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H