Di tengah kehidupan yang penuh perjuangan, seorang pria bangkit dengan tekad yang kuat setiap harinya. Tubuhnya yang lelah kerap kali tak ia hiraukan, pikirannya hanya tertuju pada keluarganya di rumah. Tanggung jawab besar yang ia pikul, dari menyediakan kebutuhan sehari-hari hingga biaya pengobatan yang tak murah, membuatnya terus maju meski rasa lelah sering menghampiri. Beban yang ia tanggung semakin berat, namun ada harapan yang selalu memotivasinya untuk tetap melangkah.
Setiap hari, ia bekerja sebagai kuli di toko bangunan. Sebelum matahari terbit, ia sudah bersiap untuk berangkat kerja. Meski begitu, ia tetap semangat untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Setiap harinya, ia bertugas mengangkat bahan-bahan berat dari gudang, menata keramik, mengangkat semen dan karung, serta membantu pelanggan memilih bahan bangunan yang tepat.
Meski merasa lelah, ia tak pernah menyerah. Di tengah pekerjaannya, ia selalu menemukan kebahagiaan kecil saat bertemu dengan rekan kerja, bos, dan pelanggan yang baik. Namun, di balik itu, tersimpan kesedihan karena penghasilannya sebagai kuli bangunan tak cukup banyak untuk menutupi semua kebutuhan keluarganya.
Pak Heru selalu gelisah di saat sedang bekerja karena selalu memikirkan Istrinya yang sedang sakit dirumah dan memikirkan kedua anaknya yang harus membayar biaya Sekolah setiap bulannya. Meskipun begitu Pak Heru tidak mudah menyerah. Ia selalu semangat bekerja karena memikirkan istrinya dirumah yang sedang membutuhkan banyak biaya untuk berobat . Pak Heru melanjutkan pekerjaannya dengan berat.
Setiap Kali Pak Heru mengangkat semen, Karung, menata keramik-keramik, dan menata bata, pikirannya selalu mengingat istrinya yang sedang terbaring sakit dirumah. Sakit jantung yang diderita istrinya memerlukan pengobatan secara rutin di rumah sakit yang harganya tidak murah. Meski dengan begitu Pak Heru selalu semangat dan harus tetap melanjutkan bekerja di kuli toko bangunan. Dengan bekerja setiap hari Pak Heru tahu bahwa la bisa membiayai Pengobatan Istrinya.
Saat istirahat siang, Pak Heru duduk di Sudut toko dengan keadaan melamun, la membuka bekal sederhana yang ia bawa dari rumah. Nasi dengan lauk seadanya, namun ia tetap bersyukur karena masih bisa makan untuk mengisi tenaganya. Dalam kondisi melamun Pak Heru Merindukan masa-masa ketika Istirnya masih sehat, Ketika mereka bisa tertawa bersama dengan kedua anaknya juga di meja makan tanpa rasa khawatir.
"Pak Heru, Kelihatan lelah sekali hari ini tidak seperti biasanya, ujar Pak Doni, Salah satu rekan kerjanya yang sudah bekerja bersama Pak Heru Selama bertahun-tahun.
Pak Heru hanya tersenyum tipis "lya, Pak. Tapi bagaimana lagi, semua ini demi keluarga."
Pak Doni mengangguk karena paham dengan kondisi temannya.
"Sabar ya, Pak Heru. Semoga ada jalan untuk Kesembuhan Bu Siti."
Sore harinya, Setelah seharian bekerja keras, Pak Heru bergegas pulang. Di perjalanan , Ia membeli obat untuk istrinya di apotek, meski harganya cukup menguras kantong. Sesampainya dirumah, ia melihat Putra dan putri yang sedang mengerjakan PR di ruang tamu. Kedua anaknya itu selalu berusaha membantu meringankan beban orang tuanya dengan berprestasi di Sekolah. Tetapi Putra dan Putri merasa kasihan kepada Ayahnya karena harus menanggung Semua biaya sekolahnya.