Lihat ke Halaman Asli

Akibat Mementingkan Bermain daripada Belajar

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada waktu itu aku berumur 10 tahun persisnya aku berada di kelas 5 SD. Saat itu aku diperkenalkan kepada seorang anak perempuan yang sangat cantik oleh sahabatku.

Beberapa hari lamanya aku hanya diam-diam dengannya karena kami belum saling mengenal, tetapi seiring berjalannya waktu kami menjadi akrab, (namanya “Priska”), lama kelamaan waktuku habis hanya untuk bermain bersamanya.

Hingga pada suatu hari gurubidang studi IPA mengadakan ulangan mendadak, aku bingung dicampur gelisah karena aku sama sekali belum mempersiapkan diri belajar dan tidak membawa buku bidang studi IPA. Aku jadi bingung, mau belajar bukunya tidak dibawah, aku takut mau pinjam kepada temanku karena pasti teman-temanlu akan mengadukan kepada guru bidang studi IPA.

Akhirnya ada temanku yang sangat baik, dia bertanya padaku, “Koq kamu nggak belajar sih..? kamu udah siap untuk ulangan? ” tanyanya kepadaku. Lama baru aku menjawabnya, tetapi akhirnya kau dapat menjawab “Aku belum belajar sih tapi aku tidak membawa buku IPA” jawabku. “Oh, kalau begitu ayo belajar bersamaku” katanya. “Terimakasih tapi kamu jangan bilang kepada guru IPA ya.” Jawabku. “Sip... deh gampang”.

Kejadian itu tidak akan aku ulangi, cukup pada saat itu saja.

“Janganlah kita menunda-nunda waktu hanya untuk kegiatan yang tidak berguna, karena akan menyesal, sebagai pelajar seharusnya selalu persiapankan diri setiap saat dengan rajin membaca dan belajar”

***MelatiR2***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline