Lihat ke Halaman Asli

Melati Dwi Laura

pelajar di SMA Muhammadiyah Labuhan batu Utara,sumut

Punya Ayah, tapi Kehilangan Perannya

Diperbarui: 30 Mei 2024   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Patah hati yang sesungguhnya seorang anak perempuan rasakan bukanlah putus dari pacar, melainkan ketika seorang anak perempuan yang kehilangan peran sosok ayah dalam hidupnya. Bukan sosok ayah yang tidak ada, tetapi hilangnya peran sosok ayah dikehidupan seorang anak perempuan.

Ternyata benar ya, semakin dewasa, hidup tanpa peran dari sosok ayah adalah hal yang terberat, terlebih untuk anak perempuan. Karena hilangnya peran sosok ayah,dapat menyebabkan seorang anak perempuan akan kehilangan jati dirinya dan hidup tanpa arah.  

Semua anak perempuan tentu ingin merasakan peran dari sosok ayah,terlebih ayah kandung. Tidak ada satu orang pun yang tidak ingin merasakan kasih sayang ayah. Nasib anak perempuan yang tidak pernah merasakan peran sosok ayah dalam hidupnya mungkin terlihat bahwa dunianya akan tetap berjalan,hidupnya mungkin terlihat baik-baik saja dan seolah-olah tidak terjadi masalah. Tapi apakah itu benar? Tentu TIDAK. Di dalam lubuk hati, ada tergores luka yang terus membuat menangis. 

Untuk menutupi semua kesedihannya, terkadang seorang anak perempuan hanya berpura -- pura untuk bahagia. Dirinya tidak ingin terlihat sedih dan lemah. Dengan kuat dan gagah, seorang anak perempuan akan tetap berusaha memperlihatkan pada semesta bahwa hidupnya baik -- baik saja. Walaupun tidak dengan batin dan mentalnya. Karena dirinya hanya bisa memendam semua masalah yang terjadi dalam hidupnya.

Hidup tanpa ayah itu memang pahit, tapi jauh lebih sakit ketika anak perempuan yang tumbuh besar tanpa peran Ayah. Peran sosok ayah yang seharusnya adalah membesarkan anak perempuannya hingga dewasa,memberikan kasih sayang yang tulus, tapi kini malah sebaliknya.

Apalagi jika hidup bukan hanya tanpa perannya, tapi juga tanpa tanggung jawabnya. Nafkah yang tak pernah sepeserpun ia berikan, sampai-sampai terkadang anak perempuannya harus bekerja,meski sambil sekolah. Anak perempuan yang setiap hari kepalanya berisik dengan prihal ekonomi, tapi kehidupannya akan terus berjalan, sehingga dia tidak boleh mengeluh sedikitpun, meski sering merasa putus asa.

Ayah.. sejauh itukah pundakmu sehingga tak bisa kujadikan tempat bersandar? Aku selalu menanti-nantikan bagaimana rasanya disayang oleh seorang ayah.

Kadang kala, lebih baik tidak mempunyai ayah karena yatim, daripada tidak mempunyai ayah karena yatim pasif. Sosoknya ada, tapi perannya yang selalu tiada.

Ada banyak hal yang tidak bisa terungkapkan. Ada banyak tangis dan luka yang tak mampu terucapkan. Namun yang pasti, semoga semua anak perempuan yang hidup tanpa peran dan tanggung jawab seorang ayah, semoga pundak dan mentalnya selalu sekuat baja,dan semoga Allah selalu Meridhoi setiap Langkah mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline