Lihat ke Halaman Asli

Melati Dwi Laura

pelajar di SMA Muhammadiyah Labuhan batu Utara,sumut

Hidup Butuh Perjuangan

Diperbarui: 14 Agustus 2023   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu begitu sederhana,Mengapa? Karena hari demi hari,jam demi jam,menit demi menit,hingga detik demi detik pun ku lalui selama ini. Begitu banyak rintangan, pengalaman yang aku lalui untuk sebuah kehidupan. Yang lebih lebih kuinginkan menjadi seseorang yang mempunyai segalanya. Baik dari segi ekonomi, kebahagiaan, kesempurnaan fisik, kecerdasan di bidang apapun. 

Kalau di pikir-pikir aku serakah ya? Begitu banyak inginku,hingga aku lupa dengan syukur yang aku punya. Aku adalah seorang anak broken home sejak usia balita. Ayahku Meninggalkan ibuku(bunda) sejak aku masih di dalam kandungan.

Aku dibesarkan oleh kakek dan nenek ku,yang ada peran mamak (uwakku) di dalamnya. Uwak? Mamak? Yaa..,,pasti kalian bingung mengapa aku memanggil uwakku dengan sebutan Mamak.  Biar kuceritakan,karena sejak kecil aku sudah ditinggal oleh kedua orang tuaku,maka aku hidup bersama Nenekku,dan dirawat oleh mamak. Seseorang yang seyogianya ku panggil uwak,Krn beliau adalah kakaknya ibu kandungku. Tapi aku lebih memilih memanggilnya dengan sebutan Mamak. Karena beliaulah orang yg selama 24 jam bersamaku,mendidik,dan merawat ku.

Singkat cerita,pada saat usiaku sekitar 3 tahun,bunda (ibu kandungku) menikah lagi dengan seorang Mualaf. Wah,betapa bahagianya aku saat itu,akhirnya aku bisa merasakan kasih sayang dari seorang ayah walaupun hanya ayah sambung. Tetapi balik lagi Allah mengujiku kembali. Saat aku menduduki bangku TK (umur 5 tahun),Allah memanggil orang yang aku sayang. Ya,ayah sambungku telah memenuhi janjinya pada sang ilahi.

Hari demi hari berjalan,karena suiaku pada saat itu masih kecil,jadi aku menjalani hidup ini biasa-biasa saja,enjoy saja. Tetapi,saat aku menginjak sekolah menengah pertama,atau yang dikenalnya dengan SMP,barulah aku merasakan begitu beratnya hidup. Menginjak dewasa,semua temanku kelihatan belum punya beban,tetapi mengapa aku dikasi beban yang kupikir itu cuma aku yang mengalami,yang tak aku mampu memikulnya sendirian. 

Pada saat itu,sekitar tahun 2020,muncul lah wabah virus Corona. Lockdown dimana-mana,sehingga sekolah pun daring. Tahun pertama Corona,semua masih terasa santai. Tapi pada saat tahun kedua Corona,saat aku menduduki kelas 8,barulah hidup yg sesungguhnya dimulai. Saat itu ekonomi keluarga lagi seret seretnya. Pikiran kacau tak terbilang. Sehingga aku berpikir "hidup gak bisa gini gini aja nih,gimana ya caranya supaya bisa sekolah sambil bekerja?".  

Baiknya Allah,langsung menjawab semua pertanyaanku. Saat itu Allah pertemukan dengan seorang dokter,sekaligus seorang pemilik warung bakso. Yang kebetulan,beliau sedang mencari anggota untuk bekerja di warung bakso miliknya. tanpa berpikir panjang lebar,aku langsung menerima tawaran beliau. Karena kupikir saat itu sekolah juga masih pakai gelombang,jadi kenapa tidak?. Akhirnya akupun bekerja demi ingin membantu perekonomian keluarga.

Pada saat pagi hari aku sekolah,siangnya bekerja hingga pukul 22.00 WIB,jika ada tugas sekolah,maka,sepulang bekerja aku baru bisa menyelesaikannya. Hari hariku dipenuhi dengan sekolah,kerja,sekolah,kerja. Begitu seterusnya. Singkat cerita,pada akhir tahun 2021,sekolah sudah mulai aktif,aku naik kelas menjadi kelas 9,sehingga aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Tetapi sampai saat ini aku masih menjadi seorang pedagang online. Dari kecill saat SD,aku sudah terbiasa berjualan kue buatan disekolah ku. Jadi tidak ada kata malu bagiku.

Hari begitu cepat menjelang kelulusan. Semua temanku berpikir dan tanya-tanya satu sama lain mengenai jenjang sekolah yang akan dilanjutkan masing-masing temanku. Aku hanya bisa terdiam,karena sekolah yang ku impi impikan tak sesuai dengan sekolah keinginan Nenekku. Nenek ingin aku sekolah negeri, sementara aku,ingin sekolah di sah satu sekolah Islam swasta. Kami terus berbeda pendapat,awalnya aku sempat ingin Menyerah. Tapi aku ingat,bahwa Allah tidak menyukai hambanya yang gampang putus asa. Akhirnya,aku terus merayu sang pencipta di sepertiga malam,agar nenekku mengizinkan aku bersekolah di sekolah yang ku impi-impikan. 

Alhamdulillah.. Allah maha baik,akhirnya nenekku mengizinkan aku bersekolah disekolah tersebut. Disekolah yang baru,banyak sekali hal hal baru yang aku temui. Mulai dari teman-teman baru yang pastinya berbeda-beda karakter.  Hal yang paling ku syukuri adalah,bisa bertemu dengan salah seorang guru yang mengampu pelajaran ekonomi disekolah Ku. yang mungkin tak perlu ku sebut namanya. Beliau menjadi guru idolaku. yang selalu menginspirasi ku dalam hal dunia maupun akhirat. 

Bahkan,sejak mengenal beliau,aku sekarang menjadi lebih suka berimajinasi dan menulis. Karena dari beliau aku belajar "yang katanya ketika kita mempunyai suatu masalah,namun tak boleh ditumpahkan melalui media sosial,tapi kita bisa menumpahkannya melalui sebuah tulisan. Terimakasih Bu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline