Lihat ke Halaman Asli

Membaca Arah Strategis Bank-bank Buku 4 Indonesia

Diperbarui: 6 Januari 2016   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laba Ekonomis Sebagai Alat Analisis

Kemampuan meningkatkan nilai di dalam tinjauan ini dihitung dari laba ekonomis selama tahun 2014 dan tambahan laba ekonomis dari tahun 2014 dibanding 2013. Ukuran berpokok pada laba ekonomis saya pakai karena keunggulannya dan sifat lengkapnya. Keunggulan mana teruji dalam riset oleh McKinsey. Riset yang dilakukan oleh McKinsey mengonfirmasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah teruji menghasilkan laba ekonomis positif cenderung mempertahankannya dalam waktu berpuluh tahun. Dalam perkembangan usahanya, perusahaan-perusahaan tersebut menjadi pilihan penempatan dana oleh investor. McKinsey melakukan analisis terhadap 3.000 perusahaan non keuangan. Bila pasar modal biasanya menunjukkan pudarnya keunggulan sejalan dengan berlalunya waktu, laba ekonomis cenderung bertahan dibandingkan dengan ukuran PE ratio maupun returns on invested capital (ROIC). Perusahaan yang untung mengundang kompetitor untuk masuk pasar, sedangkan yang rugi dipaksa pasar untuk melakukan perbaikan. Namun laba ekonomis tidak sepenuhnya menghilang dengan berlalunya waktu. Ada 2 kekuatan yang saling meniadakan dalam mempertahankan laba ekonomis, yakni returns on invested capital (ROIC). Keunggulan dalam mencapai ROIC menipis dalam jangka panjang, namun tidak pernah menjadi 0, namun aliran dana masuk dari pasar modal membuat laba ekonomis perusahaan-perusahaan yang juara di bidang pencetakan laba ekonomis bertahan di puncak. Kuintil teratas berinvestasi 2,6x lebih banyak dibanding kuintil terbawah. Temuan ini mengungkap fakta bahwa para investor di pasar mencintai para juara pencetak laba ekonomis dalam jangka panjang dalam bentuk pasokan dana lebih. Perbandingan dilakukan antara kinerja 1997-2001 dan sepuluh tahun kemudian. Bertahannya laba ekonomis adalah karena kepercayaan lebih dari para pemasok modal.

Rasio-rasio Penentu Kinerja Keuangan, Lima Rasio Pengukur Nilai Tambah

Menggunakan Economic Value Added atau laba ekonomis ke dalam rasio menjawab permintaan pasar modal, karena laba ekonomis mengurangi laba dengan biaya atau beban modal sesuai permintaan pasar. Nah, sekarang bila Anda sebagai investor atau manajemen apakah yang perlu diukur? Tentu potensi tumbuhnya nilai perusahaan. Laiknya semua harta, nilainya ditentukan oleh arus kas yang akan dihasilkan harta itu. Karena kas dari perusahaan dihasilkan selang beberapa tahun, perlu faktor pembagi untuk mengetahui nilai sekarang. Faktor pembagi ini adakah biaya modal tang diminta oleh pasar modal sesuai tingkat risiko usaha. Biasanya dihitung dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM mengukur imbal hasil sesuai risiko pasar. Dalam hal ini beban modal adalah untuk modal yang berupa modal sendiri plus pinjaman bagi perusahaan non keuangan. Bagi perusahaan keuangan sebagaimana bank, modal adalah modal sendiri, karena pinjaman ibarat hutang dagang yang pada perusahaan non keuangan adalah hasil operasi sehari- hari dan biaya bunga adalah harga pokok pendapatan. Pada dasarnya perusahaan berusaha menghasilkan pendapatan dan mengeluarkan biaya-biaya dan melakukan investasi untuk menghasilkan pendapatan itu. Semua dilakukan dalam jejaring pasar usahanya. Pasar yang dihadapinya adalah pasar input berupa bahan baku dan tenaga kerja serta supply chain dalam menghasilkan pendapatan. Biaya dan investasi yang efektif akan menghasilkan kenaikan nilai perusahaan. Meski demikian, tidak semua pendapatan menghasilkan tambahan nilai perusahaan. Bila yang mampu disasar adalah pembeli yang hanya memberi laba tipis tentu nilai perusahaan tidak bertambah sebanyak bila menjual ke kelas premium.

3 Perangkat Rasio Baru Membentuk 5 Rasio Pembaca NIlai Tambah

Sehubungan dengan itu, rasio-rasio baru yang saya usulkan masuk dalam analisis ini ada 3. Pertama adalah seperti yang dipasarkan lembaga konsultasi yang dipimpin G. Bennett Stewart III, EVA Momentum atau Momentum Laba Ekonomis yang berupa selisih laba ekonomis tahun depan (2014 misalnya) dibagi pendapatan tahun ini (2013 misalnya). Kedua adalah Efektivitas Investasi, yakni selisih laba ekonomis atau EVA tahun depan (2014 misalnya) dibagi investasi berupa aset tetap tanpa dikurangi akumulasi depresiasi tahun ini (2013 misalnya). Rasio ketiga berupa selisih laba ekonomis atau EVA tahun depan (2014 misalnya) dibagi oleh pendapatan operasional tahun ini (2013 misalnya). Alasan untuk rasio ketiga adalah untuk mengukur seberapa efektif biaya yang dikeluarkan menghasilkan pertambahan laba ekonomis yang merupakan penanda naiknya nilai perusahaan. Rasio ketiga saya sebut Efektivitas Tak Berwujud. Pertambahan laba ekonomis diharapkan oleh investor. Laba ekonomis yang telah terwujud bila dikapitalisasi dengan beban modal sesuai risiko kemudian ditambahkan ke modal yang dipakai perusahaan menghasilkan nilai sekarang perusahaan itu. Harga saham di bursa seringkali lebih dari modal ditambah laba ekonomis yang dikapitalisasi itu. Selisih tersebut merupakan nilai tumbuh yang diharapkan pasar.

Formula Laba Ekonomis yang merupakan komponen pokok rasio-rasio di atas dapat disarikan sebagai berikut.

Laba Ekonomis=EVA=Laba Usaha-Beban Modal di mana Beban Modal=Jumlah Modal×%Imbal Hasil yang diminta pasar sesuai CAPM.

Modal=Modal Sendiri+Pinjaman untuk perusahaan non keuangan atau Modal Sendiri untuk perusahaan keuangan.

Sedang nilai perusahaan dirumuskan sebagaimana di bawah ini.

Nilai Perusahaan=Modal+Nilai Tambah Sekarang+Nilai Tumbuh yang diharap Pasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline