Bodo amat. Dua kata ini sering didengar, terutama ketika dihadapkan pada suatu kondisi yang membuat kita kesal, marah, sedih, bahkan kecewa.
Istilah "bodo amat" bisa diartikan sebagai sikap tak acuh terhadap kesulitan atau kekhawatiran yang tidak penting. Misalnya khawatir jika orang lain kecewa terhadap diri kita, atau lainnya.
Sulit dipraktikkan
Kadang seseorang begitu mudah melontarkan kalimat "bodo amat" sebagai reaksi utama atas kegelisahan atau kekhawatiran yang dialami orang lain.
Memang mudah mengucapkan kalimat tersebut. Namun, sudahkah diri kita berhasil menerapkan sikap bodo amat dalam keseharian kita?
Saya termasuk orang yang sering gelisah, khawatir, dan overthinking terhadap hal yang remeh. Berkali-kali saya dinasihati untuk bersikap bodo amat, dan hanya mampu mengangguk sebagai tanda setuju.
Setelah dipikir-pikir, ternyata untuk bersikap bodo amat, butuh upaya besar dari diri seseorang untuk mau melepaskan semua kegelisahan serta kekhawatirannya.
Dan itu tidaklah mudah.
Kita harus berani "abai" terhadap hal yang sebenarnya memang tidak perlu dipikirkan lebih lanjut. Kita harus mampu menyikapi segala kekhawatiran dengan gagah berani.
"Bodo amat" bukan sekadar dua kata tak bermakna. Memang sudah sepatutnya kita menerapkan kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah seni untuk bersikap bodo amat