Mahasiswa KKN Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya telah melaksanakan program sosialisasi sekaligus pelatihan pembuatan teh kompos organik dalam rangka membangun pertanian yang organik dan berkelanjutan di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kec. Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Program ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para petani untuk mengadopsi teknik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan efisien, serta mendorong mereka untuk beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik.
Kegiatan ini berlangsung pada hari Senin (22/07/2024) dengan agenda sosialisasi yang memaparkan materi terkait beberapa macam pupuk organik yang dapat menjadi alternatif bagi petani. Pupuk-pupuk yang diperkenalkan meliputi Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah sayuran, pupuk Bokashi, dan pupuk teh kompos. Kegiatan ini diikuti oleh anggota kelompok tani Maju 01 Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kec. Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
Sosialisasi diadakan di gedung GAPOKTAN Dusun Junggo dari pukul 15.00 WIB hingga 17.30 WIB. Acara diawali dengan sesi sosialisasi dan penyuluhan, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan pupuk yang dipandu oleh mahasiswa tim KKN. Pamungkas, sebagai pemateri dalam kegiatan ini, menjelaskan tentang pengertian pupuk teh, manfaat, kelemahan dan kelebihan pupuk teh kompos, alat dan bahan serta menjelaskan secara rinci terkait langkah-langkah pembuatan teh kompos. Selanjutnya, dilakukan praktek pembuatan pupuk kompos teh dengan menggunakan kompos, kain bekas, galon, air yang telah didiamkan selama 24 jam, dan aerator. Aerator digunakan secara opsional untuk memastikan oksigenasi yang cukup selama proses pembuatan, mendukung pertumbuhan mikroorganisme aerobik bermanfaat dan meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam larutan teh kompos.
Pada sesi tanya jawab yang berlangsung, antusiasme para petani terlihat dari banyaknya petani yang bertanya maupun memberikan komentar dan masukan dari hasil pengalaman mereka praktek langsung bertani.
Sebelum melaksanakan kegiatan ini, tim KKN telah melakukan Forum Group Discussion (FGD) dengan anggota kelompok tani. Dari hasil FGD, diketahui bahwa mayoritas petani memiliki keinginan untuk beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik secara bertahap. Hal ini disebabkan oleh harga pupuk kimia yang semakin mahal serta kesadaran petani akan pentingnya kesehatan tanah untuk produktivitas tanaman.
Dengan adanya program ini, diharapkan para petani di Dusun Junggo dapat mengadopsi metode pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pupuk teh kompos yang diperkenalkan diharapkan dapat menjadi alternatif yang efektif untuk menggantikan pupuk kimia, meningkatkan kesehatan tanah, serta mendukung pertanian organik yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H