Lihat ke Halaman Asli

Durian Pun Bisa “Ngambek”

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13276383432054562576

[caption id="attachment_166576" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi: Seorang warga sedang membawa durian (SERAMBI/M ANSHAR) (KOMPAS.com)"][/caption] Saya: mase lang marbuah durian on? (kenapa durianya nggak berbuah) Kawan: margoni (lagi ngambek)

......

Bagi anda yang sedang menderita luka di salah satu bagian tubuh anda, ada baiknya anda jangan mengkonsumsi buah yang satu ini dulu karena buah ini bisa memicu luka anda semakin membengkak, berair dan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh kembali. Setidaknya itulah kata pengingat yang diberikan orang tua pada kami bila hendak mengkonsumsi si buah manis ini.

Beberapa minggu yang lalu saat sedang berada di Medan, saya sempat memperhatikan kebeberapa pekarangan tetangga di daerah saya. Lewat observasi dadakan ini saya mengetahui bahwa satu bulan kedepan maka musim akan berganti menjadi musim buah durian. Hal ini terlihat dari sebagian pohon durian yang tampak berbuah lebat dan siap untuk dipanen.

Musim durian di kampung halaman saya, biasanya membawa dampak pada setiap orang. Contohnya saja, kebanyakan orang yang memiliki pohon durian akan membangun sopo (gubuk) diladangnya sebagai tempat penginapanya dimalam hari. Kalau tidak dijaga, maka pencuri musiman akan beraksi. Contoh lainya adalah di lapo tuak, durian biasanya menjadi campuran yang mantaf dengan tuak. Estetika rasa tuak akan semakin mantaf bila dicampur dengan buah ini. Sementara disamping-samping jalan raya akan berdiri gubuk-gubuk kecil yang menjajakan durian bagi para mereka yang kebetulan melewati jalan tersebut. Dirumah-rumah akan banyak para ibu membuat sayur atau sambal dengan bahan dasar durian. Satu lagi yang tak bisa dilupakan, kulit durian akan bertebaran dimana-mana lengkap dengan baunya yang beragam.

Harga durian lumayan murah, harga perkepala (ukuran besar) adalah 7-9 ribu rupiah, walau harga durian dikampung kami tak semahal dengan harga durian di Ibukota yang hampir mencapai 10-30 ribu rupiah perbuah, tapi musim durian sangat membantu ekonomi rakyat, terutama bagi mereka yang memiliki banyak pohon durian.

Tapi bila dibandingkan dengan musim musim sebelumnya, maka kwantitas musim durian tahun ini menurun drastis. Hal ini bisa dilihat dari beberapa batang pohon durian yang sama sekali tak berbuah. Apa penyebabnya? Beberapa orang berpendapat bahwa ini ada hubunganya dengan gaya memanen durian yang tak sabaran. Istilah yang sering kami sebut untuk menamai aktifitas ini adalah “mandudur”.

Mandudur adalah sebuah aktifas memetik duriaan secara serentak, mandudur biasanya dilaksanakan bila musim jatuh durian telah dimulai, saat musim ini tiba maka secara langsung pemilik akan menjualkan durianya kepada para pembeli secara keseluruhan dan pembelipun akan memetik paksa semua buah durian, sudah muda atau masih muda yang penting ukuranya sudah cukup besar. Mungkin itulah sebabnya, bagi kita yang dikota saat kita membeli durian ternyata isinya masih mentah padahal bila dilihat dari tampuknya, kelihatanya seperti jatuh alami padahal tidak.

Mandudur ini adalah gaya alternatif yang diterapkan para pembeli/pemborong besar agar buah durian bisa tahan lama dan bisa dibawa keluar kota dengan harga yang selangit pula. Bila hanya mengandalkan durian yang jatuh alami, maka ketahananya hanya sampai beberapa hari.

Gaya teknis (mandudur) yang seperti ini biasanya dilakukan oleh para pemilik durian yang tak sabaran, dan tentunya diiming-imingi harga yang lumayan. Saya tidak tahu apakah ini merusak secara ilmiah atau tidak, tapi bila dilihat dari hasil yang terjadi dilapangan biasanya pohon durian yang di dudur akan mengalami kemunduran kwalitas (rasa dan ukuran) dan kwantitas bila dibandingkan dengan pohon durian yang menjalani proses alami.

Inilah yang membuat musim durian tahun ini tak semeriah tahun-tahun kemarin. Proses yang tidak baik membawa kerugian sendiri bagi pemiliknya. Kesabaran dalam menunggu rejeki sangatlah tipis yang ujungnya membuat pohon durian “ngambek”. Bagaimanapun mungkin durian itu memiliki instinc, ia akan berubah bila ia tak diperlakukan dengan baik. Ngambeknya pohon durian ini tentunya membawa kerugian, disaat orang lain sedang menikmati hasil panen, yang lain hanya bisa melihat dan gigit jari.

Saat kembali ke Sang Bumi Ruwa Jurai, durian juga sudah menghiasi jalan raya mulai dari Way Kanan sampai Kotabumi.

Selamat musim durian,

Salam sayang,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline