Lihat ke Halaman Asli

Lagi Demam Kwaci...

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

[caption id="attachment_149143" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi.google.com"][/caption] Demam Kwaci/ Kwaci fever. Makan kwaci sampai 5 jampun tak akan membuat perut kita kenyang. Makan kwaci menjadi aktifitas rutin saat ini dikantorku. Hal ini diawali oleh seorang tamu yang datang ketempat kami dan membawa sebungkus kwaci dikantongnya. sejak itu jadilah waktu senggang kami dihiasi dengan kwaci kwaci. Kwaci adalah sebuah makanan ringan yang dihasilkan oleh bunga matahari. Sekilas makanan ini tak berkelas karena dari pisiknya yang kecil. namun berdasarkan informasi yang saya baca, bahwa kwaci ini memiliki kandungan Vitamin E. vitamin E katanya bisa memperbaiki dan menghaluskan kulit. (check). lebih lanjut saya tak akan membahas kegunaanya tapi saya lebih suka mengkonsumsinya. Ada baiknya anda memakan kwaci untuk membunuh waktu bila memang tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan. saat bersantai adalah waktu yang tepat untuk si makanan mungil ini. Tak akan ada rasa kenyang yang akan kita rasakan bila memakanya sampai berjam-jam sekalipun tapi ada sisi exciting juga yang saya juga nggak tahu apa itu, apalagi suara gemercik yang dihasilkan pecahan kulitnya . ketika kita berhasil mengupas kulitnya dan mendapatkan sari maka ada perasaan "wah" dalam benak kita walaupun kadang bibir bisa mengembang karena kecapean. Satu yang menjadi hal yang kurang megenakkan dalam proses pemakanan kwaci adalah saat sarinya berasa pahit yang  membuat kita langsung memuntahkanya wkwkwkwk. bahkan saat mengetik tulisan inipun, kwaci telah menunggu disamping saya. Sampah dari kulit kwaci ini adalah sisi negatif yang lain dari mengkonsumsi kwaci. Nb; jangan pilih kwaci yang besar, karena biasanya sarinya hanya kecil....besar cashing doank..yo hihi. Ayo beralihlah ke Kwaci...wkwkkwkw Salam sayang,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline