Lihat ke Halaman Asli

Air Tuba Dibalas Air Susu

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah seorang mahasiswa semester enam yang beberapa semester lagi akan mendapatkan kelulusan dari institusi yang telah saya pilih untuk menempa saya. Ternyata, Apa yang saya harapkan dan rencanakan tak sesuai dengan kenyataan yang ada didepan mata.

Salah satu mata kuliah yang telah saya tekuni selama tiga semester menjadi batu sandungan bagi kelanjutan perkuliahanku. Tiga semester? Yah sudah tiga kali saya mengikuti mata kuliah yang sama dengan dosen yang sama juga. Saya perkirakan bahwa semester ini menjadi semester akhir bagiku untuk mempelajarinya. Tapi ternyata lain dengan prediksiku.

Saya sangat shock ketika melihat draft nilai dosen. Disana saya melihat dengan jelas bahwa saya belum layak lulus. Ini berarti bahwa saya harus mengulang untuk keempat kalinya di semester depan.

"Dasar dosen sial!! Apakah dosen itu tak ada belas kasihan sama sekali?" Kataku dalapastm hati, hingga kata-kata kasarpun yang bertubi tubi muncul untuk menamai si dosen sialan itu.

Besoknya sayapun memberanikan diri menemui dosen saya setelah ia pulang kampus. Kusenggak dosenku dengan intonasi yang sangat kuat. Tak tanggung tanggung saya juga sudah mempersiapkan diri untuk berkelahi dengan dosenku bila ia menangkap emosiku yang sudah meledak. Secara umur kami hanya terpaut lima tahunan. Tapi apa yang terjadi, dosenku malah memperlakukanku sebaliknya. Ia tetap bersikap manis dan tak terpancing sedikitpun dengan emosiku. Ini malah membuatku bingung, saya sudah berkata kasar padanya yang seharusnya tak saya katakan tapi ia malah balik menasehatiku. Ia menjelaskan dengan kata-kata yang lembut tanpa ada rasa benci sedikitpun padaku perihal nilaiku.

Entah apa yang ia katakan padaku tapi saya tersadar bahwa saya memang pantas mendapatkanya, dilengkapi dengan fakta-fakta yang ada ditangan saya sendiri. bila nilaiku dijumlahkan ditambah kelengkapan yang lain memang tidak mencukupi. Saya tak pernah tersadar akan hal itu. Karena emosi dan pikiran yang tak berdasar serta rasa lelah karna ini adalah pengalaman ketiga saya mengikuti mata kuliah ini, menjadikan dosen satu-satunya kambing hitam dari keadaan saya ini. Saya tersadar , merasa kalah dan malu sendiri akan perbuatan saya sendiri.

Bukanya membalas perbuatan saya, sang dosen malah memberikan kesempatan dan jalan bagi saya untuk mengikuti pelajaran yang sama disemester depan diabawah kendalinya. Ia bahkan memberikan alamat kontrakanya agar bisa saya kunjungi bila ada sebuah masalah pelajaran untuk didiskusikan.

"Saya tak bisa mengganti nilaimu, tapi saya bisa memberi jalan agar kamu mendapat nilai yang lebih baik kelak" katanya.

Satu minggu saya tak berangkat ke kampus karena rasa malu bertemu dengan dosen itu. Tapi saya sadar rasa malu itu harus saya kubur dalam-dalam. Biarlah pengalamanku yang memalukan itu menjadi sebuah pelajaran berharga bagiku sekarang dan dimasa depan.

Salam sayang,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline