[caption id="attachment_85867" align="alignleft" width="279" caption="..illustrasi..."][/caption] Kasian nasib Naysela Dewi Hardianti. Bayi berumur 10 bulan ini harus hidup di sel lapas kelas I Madiun. Dia diajak ibunya, yang menjalani hukuman tiga bulan penjara gara-gara tersandung kasus pencurian dan penipuan. Begitulah kalimat pengantar yang saya baca di harian Radar Lampung edisi 19 januari 2011. Tak ada pilihan lain memang yang diberikan pada si anak itu selain hanya mengikuti apa yang diputuskan oleh sang ibu. Kita pasti sudah mengetahui bagaimana rasanya mendekam disebuah sel. Kebersihan dan kenyaman sama sekali tak ada di sana. Tapi apa boleh buat , demi kelangsungan hidup maka sang anak pun harus dibawa menginap disana bersama sang ibu. bagaiman dengan keluarga yang lain? walau ada, tapi saya kira anak berusia sepulh bulan akan lebih merasa nyaman bila berada disisi ibunya apalagi ia masih terikat dengan ASI (air susu ibu) Layaknya anak-anak yang lain sangat tidak nyaman dengan suasana yang baru dan gerah. Hal inilah juga yang dirasakan sang anak, setiap malam ia menagis dan rewel. Tapi setidak nyaman dan tak bersihnya tempat itu ternyata masih ada kasih sayang, rasa saling membantu, saling mencintai dan menyayangi disana sekalipun itu adalah sel yang diperuntukkan bagi temaniteman kita yang bermasalah dengan pelanggaran hukum. Sekitar sepuluh orang tinggal didalam sel itu dengan berbagai kasus dan umur yang berbeda. Berdasarkan infonya maka para napi lainya juga membantu sang ibu, Sulistyowati dalam merawat anaknya. Seumpamanya saja ketika sang ibu mencuci pakaian maka tak jarang napi yang lain menjaga dan menggendong Naysela. Tak tanggung tanggung kepala lapas juga tak segan-segan merogoh koceknya untuk membelikan pampers buat sang anak napi itu. Bagaimana dengan makan? Beruntung memang anak itu, karena lapas dengan senang hati memberikan jatah makan dan buah buatnya, terkadang ibunya juga mengolah kembali makanan yang mereka terima mungkin memasaknya kembali menjadi bubur bayi bahkan karena usianya sang bayi muda dan yang relative rentan ia berada dibawah pengawasan dokter lapas itu. Tapi tetap saja, sebagus dan sebaik apapun perawatan dan perlakuan yang anak dapatkan dari pegawai dan teman teman napi, sang ibu tentunya akan tetap merasa sedih karena sudah membawa anaknya yang masih dibawah umur ke penjara serta merasakan pahitnya didalam sebuah sel karena perbuatanya sendiri walau pada kenyataanya sang anak sama sekali tak bisa komplain dan mengingat keadaan itu sama sekali kelak.Tapi apa boleh buat hanya itu yang dapat sang ibu lakukan demi kebaikan mereka bersama... Salam, sumber gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H