Lihat ke Halaman Asli

Mandi dan Bermain Di Danau Angker..

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1291862069413269078

[caption id="attachment_79149" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi saja"][/caption] Cuaca sekarang ini yang agak sulit untuk diprediksi dan berpotensi mendatangkan banjir mengingatkan saya pada pengalaman saya dan teman teman sewaktu kecil disebuah danau angker dan juga disebuah sungai bendungan di kampung kami.

ada sebuah danau didaerah kami,  Danau (baca disini) ini juga belum pernah dijamah oleh manusia. Nama danau ini adalah Bah Batuhu. Awalnya tempat ini adalah sebuah sawah yang digunakan penduduk setempat untuk menanam padi. Luasnya kira kira satu hektar.

Karena banyaknya air yang mennggenang disawah ini maka para penduduk setempat berinisiatif untuk membuat sebuah bendungan yang bertujuan agar airnya tetap terjaga dan tidak mengganggu jalur transportasi. Kebetulan sekali ada sebuah jalan tanah disamping danau ini yang menghubungkan dua desa yaitu desa Limag dan Huta Dolog.

Bila diperhatikan dari atas bukit maka danau ini akan kelihatan dengan indahnya. Air dengan sendirinya mengalir dengan lepas dari arah timur dan bermuara ditengah danau. Disebelah kiri danau ini masih terbentang hutan yang sangat lebat yang ditumbuhi pohon-pohon liar.

Di sore hari, terkadang kami (anak-anak) pergi kedanau angker itu untuk segera membersihkan badan dari keringat-keringat yang kami hasilkan untuk membantu orang tua di ladang. Biasanya kami selalu mandi disungai, dan  danau ini hal ini dikarenakan pada saat itu belum ada pam yang masuk kerumah. Bukan hanya itu tapi juga sebagai ajang melatih diri untuk mengasah kemampuan dalam hal renang.

Sambil berlatih berenang, biasanya kami juga bermain tangkap kepala. Bermain tangkap kepala ini hanyalah sebagai motivasi agar kami berupaya berenang dengan sebaik mungkin.

Menangkap kepala adalah sebuah permainan air, dimana si penjaga harus menangkap kepala dari teman temanya bila ia ingin mengakhiri masanya sebagai penjaganya dan seterusnya. Tapi satu hal yang menyulitkan adalah susahnya menangkap kepala teman karena pada dasarnya kebanyakan dari kami bukan berenang di permukaan air atau danau tapi malah marhonong (menyelam). Jadi bayangkan saja, bagaimana manangkap sebuah kepala didalam danau yang agak butak. Ditambah lagi peraturanya sangat ketat, tidak di ijinkan menangkap kepala selama kepala masih didalam air. Jadi harus ditunggu hingga kepala keluar dari permukaan air.

Permainan ini bukanlah permainan mudah karena kami bisa menyelam selama bermenit-menit didalam air dengan hanya satu tarik napas saja. dan jarak menyelamnyapun bisa mencapai sepuluh meter atau lebih. Jadi bila kita tak bisa berenang, bersiap siaplah untuk menjadi penjaga selama proses bermain atau selama mandi ini.

Permainan lain yang sering kami lakukan adalah loncat indah, kami meloncat dari sisi danau dan membuat berbagai gaya sebelum jatuh ke danau, kami sering menyebutnya “salto”. Umumnya yang melakukan permainan ini adalah kaum laki-laki atau cap lonceng. Dan kami tak segan segan membuka baju tanpa harus malu bila dilihat orang lain karena danau ini berada tepat disamping jalan.

Tapi walaupun begitu, danau ini tetaplah kami anggap sebagai danau yang angker, yang kami percayai bisa berubah warna bila kami menyebut kata-kata yang kotor atau tak senonoh. itulah yang selalu di ingatkan orang tua kami pada kami. Makanya tak salah bila danau itu tetap terjaga tanpa ada sentuhan sedikit dari tangan manusia. Banyak juga orang-orang sekitar yang menggunakan danau ini sebagai ajang melepas hobby, memancing karena danau ini juga menyimpan banyak sekali ikan termasuk ikan emas dan mujahir.

Saat ini, apakah masih banyak anak-anak yang mandi dan bermain disana seperti halnya yang kami lakukan puluhan tahun yang lalu, saya enggan mengatakan ia karena saya sudah jauh dari tempat ini. Tapi kenagan itu masih saja membekas di hati seakan akan tak bisa dihapus seakan-akan kami baru melakukanya kemarin.

salam bermain,

sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline