Lihat ke Halaman Asli

BKK: Bokek, Kantal dan Kriminalitas

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1290477481129156429

[caption id="attachment_76396" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi google.com"][/caption]

Adakah perbedaan yang anda rasakan bila bokek telah menjalari hidup anda? Bagaimana perasaan yang anda rasakan bila dompet anda tipis dan bagaimana bila tebal? Tentunya jauh berbeda bukan. Sepertinya perasaan ketika kantong tebal jauh lebih baik dari pada ketika kantung tipis. ada perasaan yang sulit dijelaskan ketika ada duit ditangan sementar bila tak ada rasanya agak berat dan muramnya hidup ini. benarkah demikian? maaf kalau memang tak demikian adanya!

Masih penasaran dari mana asal-muasal kata “bokek” ini, apakah kata “bokek” ini sebuah kata luar yang telah diserap menjadi sebuah kata baru bagi bangsa kita, atau apakah ini berasal dari salah satu bahasa daerah yang kemudian diperkenalkan menjadi bahasa nasional atau apakah “bokek’ ini bahasa alay, mari kita cari tahu nanti saja. sementara kantal adalah istilah gaul dalam bahasa daerah (batak) yang sering kami gunakan ditempat kami tinggal untuk menandakan atau menggambarkan bahwa keuangan sedang gemuk, dompet tebal.

Bokek adalah sebuah istilah yang dapat menggambarkan situasi financial/keuangan kita yang kurang baik atau bersahabat, Kurang baik diartikan sebagai tak mempunya uang. Tak dipungkiri dengan uang di tangan (kantal) kita  bisa membeli sesuatu, memenuhi kebutuhan kita, melakukan ini dan itu, pergi dari satu tempat ketempat yang lain dan yang tak kalah pentingnya ketika kita sedang terancam justru dengan duit bisa melepaskan kita dari masalah yang menghimpit, contohnya seumpama kita dipenjara maka jika kita punya uang ditangan maka tinggal suap aja siapa yang mau disuapi, beres pastinya dan langsung bebas. Jadi jelas bukan pengaruh dari sebuah kertas bernama uang tersebut, meski uang bukan segala-galanya tapi dengan uang memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal. Benar bukan?

Bagaimana bila tak ada uang? Tidak tertutup kemungkinan dengan tak adanya uang di tangan bisa merubah karakter seseorang menjadi karakter yang berbeda sebelumnya. Contohnyasaja gara-gara tak ada uang seseorang bisa saja mencuri, merampok, memalak dan bahkan membunuh sekali pun dengan kata lain memungkin melakukan tindakan kriminalitas. Kalau diperhatikan pada berita-berita kriminal yang sering ditayangkan di tipi setiap siangnya maka akan didapat sebuah jawaban bahwa salah satu alasan para pelaku melakukan tindakan kejahatan (contohnya, membunuh, mencuri, menyeludupkan barang,menjual narkoba) adalah karena eksistensi uang yang tak ada ditangan alias bokek yang berpengaruh secara tidak langsung pada kelangsungan hidup sipelaku dan keluarganya. Tapi walaupun begitu mereka tetap saja bersalah bukan apapun itu alasanya.

Sebenarnya dengan (kantal) atau tanpa adanya uang (bokek) ditangan dapat memungkinkan seseorang untuk melakukan tindakan kriminal, hanya saja perbedaanya sangat jauh sekali. Bila ada uang tindakan kriminal tak akan dilakuan seperti mencuri dan sebagainya tapi kriminal akan dilakukan bila ada ancaman yang datang. tapi biasanya tindakan kejahatan cenderung dilakukan dengan perantaraan orang lain. Sementara bagi yang tak ada uang, apa lagi yang harus diperbuat untuk mendapatkan uang selain mencuri dan tindakan kriminal lainya, walau itu bukan pilihan terakhir. memang agak sulit dijelaskan bila pikiran negatif lebih cenderung membayang-bayangi pikiran bila lembaran kertas tadi tak ada ditangan.

Mungkin itulah tuntutan situasi, daripada nafas berhenti berhembus kan lebih baik mencuri, mungkin begitulah ilustrasinya. Tak dipungkiri kadang jalan yang sesat dan kriminal jauh lebih cepat/reaksi spontan menghasilkan lembaran uang dari pada jalan yang benar. Tapi mudah-mudahan saja kita tidak diperbudak oleh uang, uang yang mengatur kita tapi justru sebaliknya, karena hanyalah benda mati saja.

apapun keadaanya dan apapun reaksi yang ditimbulkan oleh keadaan itu tetap ada kemungkinan akan kehadiran kriminalitas, ini adalah sebagai tindakan sebab akibat demi memproteksi diri dari sesuatu yang membahayakan hanya saja jalanya lebih kepada sesuatu yang negatif. yah semoga saja kriminalitas semakin terkikis di keadaan apapun. semoga.

Benarkah demikian??

Salam damai,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline