Lihat ke Halaman Asli

Yang Berselisih Bukannya “Musuh” tapi "Teman"

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_283586" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi google.com"][/caption]

Banyak pemberitaan yang menghighlight tentang perselisiihan antara yang satu dengan yang lain, pihak kanan dan pihak kiri.

Secara logika, kalau ada yang berselisih maka tentunya yang hadir dipikiran kita adalah sebuah jurang pemisah antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata yang lebih gampang dipahami “bermusuhan”.Tak salah bila kita beranggapan seperti itu, Tapi wait…semua tak seperti kelihatanya. Terkadang apa yang kita hanyalah semu semata. Sementara kebenaranya jauh tertutup oleh tembok kekuasaan.

Perselisihan memang kadang si setting seprovokatif mungkin untuk menimbulkan effek bagi pihak ketiga saja, bukan pihak yang berselisih yaitu pihak pertama dan kedua. Sebenarnya pihak yang kelihatanya berselisih hanyalah memainkan acting saja didepan para calon korban tentunya, pihak ketiga, kemudian bagi mereka yang menghayati dan terperangkap didalam acting tersebut akan mulai menindak-lanjuti, melanjutkan acting pada kehidupan yang sebenarnya dan beraksi dengan anarkisnya hingga-hingga menimbulkan konflik yang lebih besar dan besar yang berujung pada perpecahan dan kehancuran. Nah perpecahan dan kehancuran inilah yang terkadang menjadi goal akhir dari pihak-pihak yang memang menginginkanya. Alangkah pintarnya mereka menyelesaikan sesuatu tanpa berbuat sesuatu.

Jadi, terkadang perselisihan bukanya memakan korban dipihak yang berselisih tapi malah orang lain yang termakan perselisihan. Ada baiknya memang kita tak gampang tergelincir kedalam suatu arus walaupun pada kenyataanya arus itu memaksa kita untuk mengikutinya.

Masih ada terang walau ditempat gelap sekalipun, setidaknya begitulah yang aku terima dari sang pengajarku.

Salam teman,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline