Lihat ke Halaman Asli

Tua Tak Berarti Loyo

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_240624" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi google.com"][/caption]

Pak Martinus adalah seorang kakek tua yang hidup bersama istrinya tiga baris dari rumah saya. Kalau dilihat dari segi umur kira kira beliau berumur sekitar tujuh puluh tahun lebih. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar orang tua berumur tujuh puluh tahunan? Pasti keriput, renta dan lemas. Anehnya hal ini tidak terjadi pada beliau.

Di rumahnya ia hanya hidup berdua saja bersama istrinya. Mereka memiliki banyak anak sebenarnya, tapi berhubung karena semua anaknya sudah dewasa maka mereka pun harus ditinggal oleh anak-anaknya yang telah berkeluaraga. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya ia selalu diajak oleh anaknya yang paling tua untuk hidup bersamanya tapi mereka selalu menolak. Dengan alasan mereka lebih senang hidup berdua disisa hidup mereka yang mungkin tidak panjang lagi dan mereka merasa kasian bila rumah mereka harus di tinggalkan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari beliau membuka sebuah toko oli yang telah ia bangun puluhan tahun yang lalu. Di tokonya ia menjual berbagai spare part motor beserta bermacam-macam oli. Tokonya selalu dibuka mulai jam enam pagi sampai jam tujuh malam. Selain sebagai penjual oli, beliau juga merangkap sebagai montirnya walaupun ia hanya mengurusi hal-hal yang mudah saja. seperti ganti oli dan isi bahan bakar.

Yang menambah rasa salut saya pada dia adalah kekonsistenanya untuk membuka tokonya. Dia tidak pernah merasa malas dan capek. Padahal bila diperhatikan toko disebelahnya lebih laris dibandingkan tokonya sendiri. Tapi ia tidak putus asa malah membuatnya semakin semangat lewat kosistensinya membuka tokonya. Beliau pasti sudah membuka tokonya mulai jam enam pagi setiap harinya. Setiap hari setelah toko dibuka maka ia sambil menunggu pembeli, ia melewatinya dengan mendengarkan radio yang ia tempatkan diatas meja-meja olinya. Kekonsistenanya yang lain adalah seragamnya. Ia selalu memakai baju yang khas layaknya seorang montir benaran.

Terus terang saya selaku anak muda merasa salut dengan gaya hidup pak Martinus ini. Beliau sudah lanjut usia tapi semangatnya selalu memancar lewat senyumanya yang khas. Setiap pagi saya pasti melewati rumahnya untuk berangkat bekerja. setiap hari itu pula ia tersenyum padaku sambil melambaikan tanganya pertanda “hati-hati dijalan”. Seakan-akan beliau tak pernah merasa kesal atau marah. Bila saya bandingkan dengan orang lain dan saya, wah dia tidak ada bandinganya.

Bekerja satu minggu saja kadang membuat kita lelah (saya), bukan hanya lelah tapi malah membuat kita malas untuk bekerja lagi apalagi tidak ada uang masuk. kita merasa hidup terlalu monoton. setiap harinya sama saja, ke kantor, pulang dan ke kantor lagi. akhirnya terciptalah rasa malas dan kebosanan. Tapi semua itu tidak tergambar dalam hidup bapak tua ini. Beliau sama sekali tidak memanfaatkan masa tuanya untuk beristirat dan bermalas-malasan walaupun ia telah bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama, malah ia melakukan sebaliknya. Sudah seharusnya bukan ia menikmati masa tuanya dan menikmati apa yang telah ia perjuangkan selama ini? Tapi fakta berkata lain. Coba anda bayangkan di usianya yang sekarang ini beliau masih bisa mengganti oli, membuka toko dan menutupnya kembali. Sungguh aktif bukan?. Mungkin inilah yang membuat pisik beliau semakin kuat dimasa tuanya tidak seperti orang tua pada umumnya, terbiasa beraktifitas sehari-hari. Bukankah orang yang hanya diam tanpa aktifitas cenderung mudah terserang penyakit dari pada orang yang beraktifitas?

Selaku generasi yang masih muda tentunya banyak hal yang bisa kita petik dari kehidupan pak tua ini. Salah satunya adalah sifat kerja keras yang tinggi dan kosistensi. Terkadang dalam kehidupan sehari-hari kita sering menekankan pada diri kita untuk selalu bekerja keras dan bekerja keras. semua itu terkadang mudah terhapus manakala sebuah masalah dan percobaan mendekati kita. Kita seakan-akan tidak berani lagi untuk mencoba. Istilahnya jatuh sekali menjadi jatuh untuk selama-lamanya. Tidak ada spirit dan kemauan untuk bangkit, berjuang mengalahkan keadaan, masalah termasuk mengalahkan usia. So sudah selayaknya kita yang muda ini lebih giat dan semangat untuk berbuat kebaikan bagi diri kita, keluarga dan orang lain. Masa kita dikalahkan oleh yang tua??? apa kata dunia..

Salam semangat,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline