Lihat ke Halaman Asli

Antara Kanibal dan Penyesalan

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyesalan ternyata tidak cukup untuk membayar kesalahan yang dilakukan oleh Pak Tipong (bukan nama sebenarnya) yang ia lakukan puluhan tahun yang lalu. Pak Tipong akhirnya rela mengakhiri hidupnya di sel. Sebenarnya kepolisin telah mengijinkan pak Tipong dan anaknya (Torang, nama samaran) untuk meninggalkan sel itu, tapi ternyata karena tidak adalagi orang yang mau memaafkanya/menerimanya kembali jadi ia memutuskan menjadikan sel sebagai rumah untuk menghabiskan sisa hidupnya, sementara anaknya ia paksa untuk meninggalkanya dan pergi ketempat yang sangat jauh hingga tak seorangpun menengenalinya.

Sehari setelah pembebasanya dari penjara, Pak Tipong sebenarnya sudah berupaya memperbaiki kesalahanya dengan kembali ke kampumg halamanya. Ia berusaha untuk menolong orang lain, membantu yang lemah walaupun ia dalam kondisi lemah juga, pergi ke gereja dan mengikuti program program yang diberikan oleh gereja salah satunya adalah mengikuti kebaktian malam jumat. Ia melakukan semua itu untuk mendapatkan pengampunan dari orang orang di sekitarnya. Tapi apa daya tangan tak sampai, ia pun tak mendapatkan apa apa. Orang orang tetap tak peduli padanya. Di sisi lain pak tipong adalah orang yang tak gampang menyerah. Ia tak mempedulikan hal hal tersebut ia tetap berusaha dan berusaha untuk mendapatkan pengampunan dan perlakuan yang layak dari orang orang disekitarnya. Tapi lagi lagi dia tak mendapatkanya. Hal ini membawa pak Tipong pada jalan salah yaitu menyerah.

Setelah kejadian tersebut Pak Tipong mengajukan surat kepada kepala penjara untuk menerimanya kembali di lembaga pemasyarakatan tersebut. Sebenarnya kepala penjara awalnya menolak tapi karena pak tipong terus mendesak dengan alasan alasanya, akhirnya kepala penjara mengabulkanya. Jadialah penjara sebagai saksi mata hidup Pak Tipong. Hari demi hari, pak tipong menghabiskan sisa hidupnya dengan melamun dan ditemani rasa penyesalan yang mendalam. Hal itu bisa terlihat dari raut matanya yang kosong hampa.

Sebenarnya pak tipong memiliki keluarga yang amat bahagia dan tidak ada kekurangan apapun. Ia hanya memiliki anak simata wayang dan seorang istri yang mencintainya dan telah meninggalkanya. Ia juga memiliki reputasi terpandang di kampungnya karena ia dipercaya memiliki penglihatan yang lebih dibanding orang orang pada umumnya. Ini dibuktikan dengan metode pengobatanya yang bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Awal permasalahan Pak Tipong diawali dengan rencana yang diajukan oleh pak tipong kepada anaknya untuk segera menikah. Mendengar rencana tersebut si Torang tidak mempermasalahkan hal itu karenaia memang sudah siap untuk itu dan sudah memiliki calon pendamping juga. Tapi ternyata Pak Tipong berkehendak lain. Pak Tipong ingin menikahkan anaknya dengan anak dari salah satu teman dekatnya di kampungnya.

Setelah mengetahui rencana sang ayah, Torang langsung menemui sang ayah dan mencoba untuk meyakinkanya tapi ayahnya tetap menolak maka terjadilah perselisihan antara mereka berdua dan ini berlangsung selama seminggu.

Setelah perseteruan itu, Pak Tipong berusaha untuk memperbaiki hubunganya dengan anaknya. Ini dibuktikan dengan keinginan sang ayah untuk betemu calon menantu yang akan dipilih anaknya kelak. Berita ini merupakan berita baik bagi Torang, so ia langsung menjemput sang kekasih hatinya untuk bertemu sang ayah. Sebelumnya sang ayah berpesan agar mereka menemuinya diperkebunan mereka. Tapi sesampainya di perkebunan, apa yang seharusnya tidak terjadi, terjadi. Pak Tipong dan Torang sepakat untuk mengakhiri hidup sang wanita yang akan dinikahi Torang kelak. Mereka juga (maaf) memakan beberapa bagian tubuh wanita itu.

Tiga hari setelah kejadian itu. Polisi berhasil meringkus ayah dan anak itu. Setelah melalui berbagai penyelidikan. Kepolisian menyimpulkan bahwa Pak Tipong telah menggunakan kemampuanya untuk menghipnotis anaknya berikut kekasihnya untuk melancarkan aksinya, ditambah lagi gossip yang beredar bahwa Pak Tipong berniat menggenapi ilmunya dengan cara memakan salah satu bagian tubuh korbanya. Pengadilan akhirnya memutuskan untuk menahan mereka berdua selama 30 tahun.

Cerita ini telah mengalami proses improvisasi oleh penulis. Setting dari cerita ini berlokasi di salah satu daerah di dunia ini.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline