Lihat ke Halaman Asli

Meivita Nafitri

Forester UGM - Marketing Communication

Winter is Coming, Bakar Uang Selesai Berkuasa

Diperbarui: 19 Januari 2020   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bakar uang merupakan istilah yang sudah sering terdengar di dunia startup. Ini adalah salah satu bentuk strategi pemasaran dengan cara memberikan promosi jor-joran kepada calon customer maupun eksis customer. Promosi yang diberikan biasanya dalam bentuk voucher diskon atau potongan, bebas ongkos kirim produk hingga cashback. Belum lagi ketika ada momen seperti harbolnas atau sejenis, promo yang diberikan kepada customer akan semakin menggiurkan.

Dengan hipotesis bahwa nilai valuasi startup terus meningkat seiring naiknya jumlah pengguna, maka bakar uang masih menjadi cara favorit untuk menarik customer. Dampak bahwa bisnis terus merugi seolah mereka abaikan dengan tetap berfokus pada pertambahan pengguna. Maka yang terjadi di dalam pasar adalah perang promo, berlomba menjadi yang paling murah dan menguntungkan. Namun sampai kapan mereka bertahan?

WeWork yang gagal IPO

Pada bulan oktober 2019 publik dikejutkan dengan kabar jatuhnya saham WeWork. Sebagai salah satu startup paling bernilai dengan valuasi bisnis senilai 685 triliun, saham WeWork jatuh hingga menyentuh angka 112 triliun saja. Penyebabnya tak lain adalah WeWork yang gagal melakukan IPO (Initial Public Offering) di bursa saham. Jeleknya tata kelola perusahaan termasuk sistem bakar uang yang mereka jalankan menjadi alasan utama kegagalan ini. Setiap tahun, WeWork harus membakar uang sebesar  39 triliun untuk berekspansi dengan sangat agresif dan diskon besar yang ditawarkan pada customer agar menyewa tempat mereka.

Di negeri sendiri, kita pun mendengar bahwa Lippo Group sebagai pemilik dari OVO yang berniat melepas 2/3 sahamnya karena tidak kuat membakar uang. Setiap bulannya OVO membakar uang sebanyak 700 miliar untuk keperluan promo mereka. Lippo sudah mulai terengah jika pola bisnis OVO masih terus membakar uang tanpa memikirkan rencana mendapatkan profit.

Masa Bakar Uang Hampir Selesai

Berkaca dari kedua kasus di atas, maka investor sudah mulai berhati-hati dalam memberikan suntikan dana pada startup. Iming-iming nilai valuasi yang tinggi dan database pengguna tidak lagi mampu merayu mereka untuk memberikan dana segar. Hal ini juga yang menjadi tamparan bagi startup lain untuk mulai mengejar profit atau setidaknya titik impas agar startup mereka tidak mengalami kerugian yang berkelanjutan.

Lalu apa yang bisa mereka lakukan untuk mempertahankan customer jika masa bakar uang sudah selesai? Jawabannya adalah dengan berinovasi. Berikan sesuatu yang baru bagi pasar, bukan hanya sesuatu yang mengikuti trend. Pada dasarnya pasar menyukai sesuatu yang dapat menjawab kebutuhan mereka. Ini akan menambah daya saing startup Anda dan menjaga loyalitas customer. Kini bukan lagi promo-promo yang membuat mereka bertahan, tapi inovasi-inovasi sehingga mereka adiktif dengan startup Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline