Lihat ke Halaman Asli

#2. Targetkan wisatawan asing 20 juta orang: Belajarlah dari negara tetangga!

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14218340241217584175

Tak perlu belajar jauh-jauh ke Perancis atau AS untuk urusan turisme. Tengoklah negara tetangga paling dekat yang sukses memasuki pasar turisme dunia, walau miskin akan keindahan alam sekali pun.

[Lanjutan dari: #1. Targetkan Wisatawan Asing 20 Juta Orang; Sudahkah Kementerian Pariwisata Menghitung Dampaknya?]

Singapura. Walau negara tetangga yang satu ini kecil dan bahkan miskin keindahan alam, namun Singapura memang luar biasa serius dalam membangun sektor pariwisatanya.

Seperti yang dilansir Singapore Business Review, sektor pariwisata dan perjalanan menyumbangkan sebesar $S 39,7 triliun atau 10,9% dari total GDP (2013).

Namun yang perlu diingat, semuanya tidak dibangun dalam sehari, semalam atau bahkan lima tahun. Singapura butuh puluhan tahun untuk bisa seperti sekarang.

Yang dilakukan pemerintah Singapura untuk menjadikan negaranya sebagai destinasi utama turisme global bukan dengan semata-mata membangun hotel-hotel mewah, resort, Merlion dan Universal Studio, lalu mempromosikannya lewat berbagai media iklan & agen wisata ke seluruh dunia. Walau pada awalnya memang seperti itu.

Singapura mengawali pengembangan sektor pariwisatanya dengan membentuk Singapore Tourism Promotion Board (sekarang Singapore Tourism Board) pada 1964, setahun sebelum memisahkan diri dari Malaysia.

Pada kuliah umum di Center  for Liveable Cities bertema “Tourism and Singapore’s Development” (2013), Pamelia Lee yang pernah bekerja 31 tahun di Singapore Tourism Board menceritakan pengalamannya.

Pada awalnya, tugas Singapore Tourism Promotion Board (STPB) hanya sebatas ‘menjual’ Singapura sebagai destinasi pariwisata, tanpa boleh membangun apa pun. Tujuannya hanya agar hotel-hotel dan penerbangan Singapore Airlines terisi.

Namun di era 1980an, STPB mulai menyadari kekeliruannya. Mereka selama ini alpa untuk melestarikan tinggalan sejarah dan budaya yang menjadi  identitas Singapura. Maka sejak itulah STPB bekerja sama dengan Urban Redevelopment Authority mulai melakukan upaya konservasi, dimulai dari menyelamatkan Raffles Hotel serta kawasan Chinatown, Kampong Glam, dan Little India.

Dan kita tahu bahwa upaya pemerintah Singapura mengkonservasi bangunan / kawasan bersejarah masih terus dilakukan hingga sekarang. Selain juga mengembangkan wisata budaya di museum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline