Lihat ke Halaman Asli

How Lucky You Are

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapatkan kesempatan mengunjungi Sydney, Australia adalah suatu hal yang menyenangkan. Sydney adalah kota terbesar di Australia yang menjadi tujuan utama para imigran. Sebuah kota pelabuhan dengan pemandangan yang cantik, ditambah beraneka ragam penduduk multikultural yang mewarnai kehidupansehari-hari. Kota ini terkenal dengan “landmark”-nya Opera House dan Sydney Harbor Bridge. Sangat menawan dan membuat bangga para penduduknya. Disamping itu Sydney memiliki pantai-pantai yang menawan. Yang paling terkenal adalah Pantai Bondi dengan butiran pasir berwarna kuning keemasan.

Sebuah kota, tidaklah lengkap tanpa pernak pernik. Bila yang senang jalan-jalan “cuci mata”, banyak toko, butik mode yang menggiurkan. Pertokoan atau pusat belanja di Queen Victoria Building merupakan salah satu daya tarik wisatawan bila berkunjung ke Sydney. Karenabangunannya sangat antik dan cantik. Gedung empat lantai yang diresmikan tahun 1898, memiliki lantai yang indah, tangga yang elegan,jam gantung yang bagus, dan kaca patri yang menawan. Berisi butik karya perancang lokal. Ada pula toko barang antik dan seni berkelas. Bila lelah berjalan-jalan, banyak tersedia café dan restoran dari yang biasa hingga yang menggugah selera. Hmm.. sedap. Bila yang senang mengunjungi museum dan galeri, ada berbagai tempat disini yang menggugah keinginan kita untuk tahu lebih banyak tentang seni, budaya, sejarah, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Ada pula toko barang antik dan seni berkelas sepeti di Oxford Street. Tidak lengkap sebuah kota maju bila tidak menyediakan lahan terbuka yang luas.Ditengah kota ada Hyde Park dengan rumput bak lapangan hijau,burung-burung yang berterbangan dan berkeliaran di taman. Menyempatkan diri duduk-duduk dirumput sambil menulis sungguh menyenagkan.Disini, bisa dibilang, ‘bengong’ saja enak, he..he.. Satu hal yang terpenting dari sebuah kota, adalah sistem transportasi yang baik. Sungguh membuat kita takjub bila melihat kendaraan umum yang tertib dan teratur. Bus umum dengan kapasitas penumpang yang banyak, juga kereta dengan berbagai tujuan dengan jumlah gerbong yang banyak serta bertingkat, sehingga dapat menampung banyak penumpang. Juga ada Ferry dari pantai menuju kota dan ada pula monorail. Membuat masyarakat baik penduduk maupun turis dapat nyaman bepergian. Namun, untuk naik turun bus dan kereta di Sydney, tidak mudah awalnya. Apalagi bagi orang asing yang berasal dari negara dengan sistem transportasi yang kurang baik. Bila naik bis, harus berangkat ditempat haltetertentu, dan berhenti ditempat tertentu pula. Supir bus tidak akan menaikkan dan menurunkan penumpang disembarang tempat. Disetiap halte, ada peta rute bus, jam datang dan petunjuk lainnya. Para penumpangnya pun tertib dan sopan, mendahulukan orang-orang tua untuk naik dan memberikan tempat duduk. Pembayarannya dengan menggunakan kartu prepaid yang banyak diperoleh di toko atau supermarket. Untuk naik kereta, awalnya canggung. Namun harus berupaya untuk dapat bepergian sendiri. Wilayah pinggir kota Sydney, seperti Lakemba, Fair Field, Mt Druitt, banyak didiami oleh para penduduk asal Indonesia. Sehingga beberapa kali harus naik kereta untuk dapat kediamannya. Banyak jalur kereta atau line. Bila hendak ketempat yang kita tuju, harus disimak baik-baik, nomor platform tujuan kita. Jadi, begitu sampai stasiun, beli tiket, lalu cari platform, yakni sebuah papan display yang berisi rute nama-nama stasiun atau daerah yang dilewati dan jam kedatangan kereta. Setelah itu, ikuti arah nomor platform dan silahkan menunggu kereta disana.

Kebingungan terjadi, ketika hendak ke Lakemba, dengan membawa banyak barang bawaan. Ada tas dibahu, tas jinjing dan tas laptop. Maklum mau bermalam di rumah kenalan. Menuju Stasiun di Town Hall. Lalu menunggu kereta di Platform 6, sesuai tujuan. Tiba-tiba dihadapan, ada seorang bayilucu sekali dalam gendongan ibunya. Saya perhatikan terus, dia tersenyum dan sesekali tertawa. Lalu, tibalah kereta dan bergegas masuk kedalam kereta, naik tangga untuk dapat mencari tempat duduk diatas. Ketika kereta sudah berjalan, baru disadari, ternyata tas berisi laptop tidak ada. Rupanya tertinggal dikursi tunggu. Kaget dan bingung, segera putuskan untuk turun di stasiun berikut. Setelah turun, lalu menghubungi petugas setempat dan mengatakan bahwa tas saya tertinggal. Lalu petugas tersebut mengajak keruangannya dan menanyakan ciri-ciri tas. Kemudian dia menghubungi rekannya di stasiun keberangkatan dan mengatakan agar menunggu sekitar 10 menit untuk pengecekan. Setelah menunggu, petuga tersebut menanyakan apa isi tas? Saya jawab, Laptop. Lalu dia bilang, silahkan balik lagi ke Town Hall dan temui Manajer Stasiun. Ketika saya memasuki ruangan, ternyata tas berisi laptop sudah berada disana. How lucky you are.. begitu kata petugas.Alhamdulillah.. sambil berseru senang dan mengucapkan terimakasih kepada petugas.. Seorang teman bercerita bahwa beberapa waktu yang lalu ada kejadian, dimana seorang nenek tertinggal uangnya di kereta saat pulang dari menjemput cucunya. Sebelumnya ia mampir ke bank dan mengambil uangsejumlah 50.000 dolar. Uang itu dimasukkan ke amplop dan ditaruh di kotak makanan cucunya. Kotak tersebut tertinggal di kursi kereta. Ternyata ditemukan oleh sorang pekerja pabrik. Dia kaget melihat uangsebanyak itu. Pria itu bernama Ghazi Adra langsung menyerahkan uang tersebut ke polisi. Dia bilang seberapapun banyaknya uang tersebut tapi itu bukan milik saya. Sudah pasti si nenek gembira sekalimenemukan kembali uangnya. Kejadian ini mendapat sorotan dari publik.Televisi Australia memberitakan cukup gencar. Dan Ghazi mendapatjulukan Australia’s most HonestMan. Pernah juga seorang ibu kehilangan perhiasan pasangan anting berlian miliknya, mungkin terjatuh di bus. Supir bis menemukan anting tersebut dan menyerahkan ke polisi. Lagi-lagi si ibu mendapatkan keberuntangan.. tentu si ibu berterimakasih kepada supir bus yang menemukan antingnya, dan pastinya para petugas juga mengatakan “how lucky you are..” Kembali mengenang transportasi publik, berkesempatan mencoba naik bis antar kota dari Sydney ke Canberra pulang-pergi menggunakan Murrays Coach atau Greyhound. Busnya besar lengkap dengan toilet dibelakang. Berhubung jalanan lengggang, dan tidak ruwet, sangat nyaman menikmati pemandangan dilluar dari jendela, dimana sapi-sapi ternak bebas berkeliaran dipadang rumput hijau yang luas.. Jarak tempuh kira-kira 2,5 jam. Berangkat dari Central Station Sydney pukul 11 pagi, tiba di Terminal Jollimont Canberra pukul 13.30. Disini setiap penumpang bus harus mengenakan seat belt. Harga tiket pulang pergi 72 dollar. Menurut teman, bisa lebih murah bila memesan terlebih dahulu melalui internet. Akhirnya tiba di Canberra dan menikmati keindahan ibu kota Australia itu. Sungguh senang ketika menjelajahi Gedung Parlemennya yang megah. Baik gedung baru maupun gedung lama, menyaksikan bagaimana demokrasi dijunjung tinggi di Australia, dan telah dilaksanakan selama kurun waktu 200 tahun. Juga ke museumnya, War Memorial House. Sebuah gedung yang berisi dokumen dan memorabilia tentang para perjuang dan pahlawan Australia. Sayang untuk dilewatkan. Dari kunjungan ke gedung dan museum, tentu saja menyempatkan berkunjung dan bersilaturahim dengan orang-orang Indonesia yang sudah lama bermukim di Canberra. Sungguh ramah dan baik hati mereka menerima kedatanganku.

Berkesempatan pula mampir ke Australia National University untuk menonton Film Indonesia yang sedang diputar saat itu Sunday Morning in The Victoria Park, sebuah film tentang buruh migran Indonesia di Hongkong yang dibintangi oleh Lola Amaria. Sempat juga bertemu Lola yang hadir saat itu untuk diskusi film dengan mahasiswa dan para penonton film. Dia mengisahkan bagaimana proses pembuatan film tersebut dengan lebih dahulu membuat survey tentang para tenaga kerja di Hongkong. Kembali dari Canberra, menggunakan Murrays Coach, berangkat dari terminal Jollimont Pk 16. Tiba di Central Station Sydney, Pk 18.30 lalu menuju Maroebra, untuk kembali ke tempat menginap. Karena sudah malam, dan entah mengapa agak sepi saat itu, terus terang agak bingung harus menunggu di halte sebelah mana. Setelah bertanya-tanya.. akhirnya dapat menunggu bus nomor 393 di halte seberang dengan tujuan Maroebra. Sambil menunggu bus, saya mencari “My Bus Card”. Sebuah kartu untuk membayar bus. Tinggal masukkan kartu ke mesin yang ada di bus, lalu kartu keluar dan langsung tercantum tanggal, jam dan nomor tujuan kita naik bus. Namun setelah beberapa waktu mencari-cari di tas, kartu bus tidak ditemukan.. sepertinya ada, tapi terselip dimana tidak tahu.. maklum waktu itu selain bawa koper kecil, tas laptop, juga tas tangan. Biasanya kartu bus, selalu ada di kantung dalam tas tangan. Tapi ternyata tidak ketemu.. Seorang wanita muda yang duduk dekat saya di halte menanyakan apa yang terjadi, mungkin melihat kegelisahan saya.. Lalu saya sampaikan bahwa kartu bus tidak berhasil ditemukan. Lalu dikatakannya, bahwa supir bus sering kesal bila kita bayar pakai uang, karena biasanya harus menyiapkan kembalian. Untuk ke Maroebra, biasanya biayanya sekitar 3,5 dollar. Psarah.. bila nanti dimarahi supir bus. Segera saya siapkan uang receh.. ternyata hanya ada 2 dollar.. sisanya beberapa uang  sen yang jumlahnya tidak genap 3,5 dollar. Hari sudah malam, dan terasa mulai dingin. Hampir 20 menit menunggu, lalu bus datang.. wanita muda yang menyapa saya memberikan uang sejumlah 2 dollar, katanya.. daripada kamu kena marah supir bus.. kasih saja 4 dollar, mudah-mudahan dia tidak repot menyiapkan kembalian..Oh baiknya wanita itu..sungguh saya berterimakasih. Sambil berdoa, lalu melangkah menuju pintu bus. Tiba-tiba, supir bus berdiri dari tempat duduknya dan menyapa serta mempersilahkan para penumpang masuk sambil tanggannya mengarah kedalam bus.. lalu apa yang dikatakannya, sungguh membuat hati ini ingin menangis.. “ Hi, How are you, it’s free now, card is not requiered !” wanita muda itu memandang saya sambil tertawa,.. dia mengatakan “How lucky you are..!” Dia juga kebingungan koq bisa tiba-tiba gratis, tidak perlu kartu atau uang.. Sungguh sangat tidak disangka..beruntung. Betapa hidup ini pas-pasan.. pas kita butuh pertolongan ada yang membantu.. pas kesulitan ada yang memberi kemudahan.. sungguh terima kasih Ya Allah,.. terimakasih juga untuk Clara, nama wanita muda yang akhirnya kami berkenalan, dia menolak dikembalikan uangnya. Kami berbincang-bincang sepanjang perjalanan dan sampai dia turun di Kingsford. Katanya. suatu hari dia akan berkunjung ke Jakarta.. Terima kasih Allah dan semua orang yang sudah berbaik hati memberikan pertemanan dan persahabatan yang penuh kehangatan selama disana.. -Meita-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline