"Ya coba dipikir sih! Dia cuti melahirkan itu kan yang nggak kerja dia sendiri. Orang-orang lain masih pada kerja. Perusahaan masih jalan. Toko-toko masih jualan. La kalo sekarang?" teriak seorang teman yang menjadi manager area sebuah perusahaan ritel di Jakarta.
Dia baru saja menceritakan padaku tentang seorang anak buahnya yang meminta perusahaan libur selama masa pandemi. Kata temanku, hal ini sudah dibicarakan oleh perusahaannya sejak ada seruan #dirumahaja dan Work From Home.
Tapi namanya perusahaan yang bergerak di bidang jual beli barang, gimana ceritanya jualannya di rumah?
Jajaran direksi perusahaan temanku itu kemudian memberi pilihan: libur tapi tidak digaji atau tetap bekerja untuk mengumpulkan omset. Suara bulat karyawan memilih untuk tetap bekerja. Tidak digaji bukanlah pilihan bijak untuk masa-masa seperti ini. Bahkan pada kondisi normal pun tidak.
Tapi yang namanya karyawan ya... Hobi utama mereka adalah menggerutu di belakang. Salah satu anak buah temanku berfikir kalau seharusnya perusahaan bisa meliburkan dan tetap menggaji mereka. Dasar berfikirnya, saat dia cuti melahirkan dia dibayar full oleh perusahaan.
Padahal ya seperti kata temanku tadi. Saat dia cuti melahirkan, perusahaan masih berjalan. Perusahaan bisa mengumpulkan uang untuk membayar gaji semua orang. Kalau semua orang libur, siapa yang akan menjalankan perusahaan? Dari mana mereka mendapat uang untuk membayar gaji?
Ini baru ngomongin gaji bulanan ya...
Di Twitter, akun HRD Bacot melemparkan open discussion: "Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba pemerintah mengeluarkan kebijakan penundaan atau keringanan pembayaran THR bagi para perusahaan? Ini worse case yah melihat pandemi covid-19 ini, semoga gak terjadi :("
Ada orang-orang yang menjawabnya dengan denial. Mereka tidak terima kalau tidak bisa dapat THR karena itu adalah hak karyawan. Tapi sebagian besar orang, menjawab kalau mereka pasrah.
Banyak perusahaan yang omsetnya turun banget. Masih bisa menerima gaji saja sudah cukup bagi orang-orang ini.
Di perusahaan tempat suamiku bekerja, beberapa cabang toko yang omsetnya kurang dari pemasukan minimal bulanan ditutup dan karyawannya dirumahkan tanpa digaji. Teman-teman yang bergerak di sektor pariwisata sudah terlebih dahulu terkena dampaknya.
Banyak tempat usaha yang tutup. Toko baju Matahari bahkan terang-terangan meliburkan karyawannya tanpa digaji selama 2 minggu. Ini kondisi yang sulit. Kita juga tidak tahu kapan pandemi ini berakhir (semoga secepatnya).