Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Menjajal Kereta Lokal Jakarta-Purwakarta dari Stasiun Tambun ke Stasiun Kosambi

Diperbarui: 10 November 2019   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

karcis KA Walahar Ekspress (dokumentasi pribadi)

Ada yang pernah menumpang kereta lokal Jakarta-Purwakarta? Atau itu adalah transportasi sehari-hari?

Sabtu kemarin, karena suami libur, kami pergi ke rumah teman kami di Karawang menggunakan kereta lokal Jakarta-Purwakarta. Setelah 2 tahun tinggal di Bekasi, baru kali ini aku bepergian dengan kereta lokal Jakarta-Purwakarta. Karena kereta ini tidak berhenti di stasiun Bekasi, maka kami berangkat dari stasiun Tambun yang jaraknya kurang lebih 5 km dari rumah kami.

Kami sampai di Stasiun Tambun sebelum pukul 10. Saat itu antrian di loket kereta lokal sudah mengular sampai berbelok di gate tap out. Yang pertama membuatku heran, adalah parkirannya. Tidak seperti di Stasiun Bekasi, tidak ada mesin struk di stasiun Tambun. Petugasnya sih berseragam. Namun pengunjung yang menaruh motor di situ, tidak mendapat tanda parkir.

Kami kemudian mengantri untuk membeli tiket KA Walahar Ekspress yang berangkat ke Purwakarta pukul 10.52 dari Stasiun Tambun. FYI, Stasiun Tambun adalah stasiun kecil. Lebih kecil daripada stasiun Bekasi. Bangunannya benar-benar lebih kecil dari Stasiun Padalarang yang juga hanya melayani pemberangkatan kereta lokal.

Kereta yang berhenti di Stasiun Tambun hanyalah KRL Cikarang-Jakarta Kota dan kereta lokal Jakarta -- Purwakarta (KA Jatiluhur, Cimalaya Ekspress, dan Walahar Ekspress). Sepertinya, sedang ada pembangunan untuk memperbesar stasiun Tambun ini. Sudah nampak bentuk bangunan yang seperti di stasiun Klender, Buaran, atau Bekasi Timur tapi belum selesai.

Bangunan yang digunakan sebagai loket karcis di Stasiun Tambun merupakan bangunan cagar budaya. Ini terkait dengan Gedung Juang yang terletak di depan stasiun Tambun. Pada masa perang kemerdekaan, Gedung Juang Tambun digunakan sebagai tempat perundingan pertukaran tawanan perang.Serdadu Belanda yang ditangkap oleh pejuang di Bekasi dikembalikan ke Batavia dari stasiun Tambun ini. Itu yang aku baca dari beberapa situs di internet.

Pukul 10.55, kereta yang kami tumpangi berangkat ke timur. Kereta yang pemberangkatan awalnya dari stasiun Tanjung Priok ini sudah penuh sejak berhenti di Stasiun Tambun. Alhasil, kami berdiri di sela-sela kursi gerbong tepat di depan AC. Sayangnya, suhu udara yang memang sedang panas-panasnya ditambah gerbong kereta yang padat menyebabkan udara yang berhembus dari AC tidak terasa. Intinya, tetap panas!

Penumpang baru banyak yang turun ketika kereta sudah mencapai Stasiun Karawang. Aku masih melanjutkan perjalanan sampai Stasiun Kosambi. Lumayan deh, bisa duduk sebentar.

Ketika sampai di Stasiun Kosambi, aku takjub karena langsung bisa melihat jalan kampung. Benar-benar rel kereta merupakan ujung dari jalanan itu. Gedung stasiunnya, mirip dengan gedung di Stasiun Cisaat, Sukabumi. Hanya sebuah bangunan 1 loket, dan tempat duduk untuk penumpang menunggu kereta di depannya.

"Njenengan lagek pisan niki numpak kereta lokal, po, Mbak?" (kamu baru sekali ini naik kereta lokal?) tanya teman yang aku kunjungi saat aku mengeluhkan perjalananku itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline