Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Spanduk Caleg, Kubangan Bekas Tambang, dan Sampah yang Dibereskan Oleh Orang Lain

Diperbarui: 17 April 2019   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar diambil dari: kumparan.com

Pagi terik nan macet di simpang empat Lapangan Multiguna Kota Bekasi, aku melihat petugas dishub dan beberapa orang yang mengenakan seragam berwarna seperti kopi susu (entah itu polisi atau satpol pp) mencabuti banner dan spanduk bergambar partai dan wajah caleg. 

Sambil menunggu lampu lalu lintas berubah dari merah ke hijau, aku memandangi mereka. Kasihan ya? Bukan mereka yang memasang spanduk itu tapi mereka yang kebagian bersih-bersih.

Sayangnya, aku tidak tahu spanduk siapa saja yang dicopot oleh petugas-petugas ini. Aku yakin tidak akan memilih caleg yang spanduknya dicopot oleh petugas tersebut atau caleg lain dari partai-partai pendukungnya. Bagiku ini hal dasar. Mereka saja tidak peduli dengan 'sampah' yang mereka hasilkan. Bagaimana mereka bisa peduli pada masyarakat?

Caleg-caleg itu bisa kok membayar orang untuk memasang spanduk-spanduk yang memampang gambar diri mereka. Mereka mestinya bisa juga membayar orang untuk mencopoti spanduk-spanduk tersebut. Ini masalah pola berfikir. Jangan harap orang-orang ini bisa memberikan solusi nyata untuk kehidupan bernegara kalau membereskan apa yang sudah mereka sebar saja tidak mampu.

Aku tiba-tiba teringat dengan film berjudul Sexy Killer yang baru dirilis oleh Watchdoc (yang belum nonton, film ini bisa ditonton di channel Youtube milik Watchdoc). 

Dalam film itu dikisahkan tentang bekas-bekas galian tambang batubara yang dibiarkan berkubang-kubang hingga menelan korban jiwa. Padahal, aturannya jelas. Kubangan bekas tambang batubara harus direklamasi sehingga tidak menimbulkan bahaya. 

Selain itu, reklamasi di bekas galian tambang harus dilakukan untuk menjaga tanah agar tetap stabil dan lahan menjadi lebih produktif. Sayangnya, kebanyakan kubangan bekas galian tambang itu dibiarkan begitu saja. Tidak diurus dan ditinggalkan begitu saja.

Ini hampir mirip dengan para caleg yang tidak membereskan spanduk dan banner mereka di masa tenang. Siapa, sih, yang para pengusaha harap bisa mereklamasi kubangan bekas galian tambang kalau bukan mereka sendiri?

Sampai di titik ini, aku kemudian menghembuskan nafas panjang. Kenapa ya, orang-orang ini tidak belajar memikirkan pekerjaan mereka sampai selesai? 

Kalau menyebar iklan, ya bereskanlah sendiri iklan-iklan yang sudah disebar. Kalau sudah dapat uang banyak dari menggali tambang, ya bereskan lagi bekas tambangnya. Mereka seperti anak-anak yang lepas bermain tapi tidak mau membereskan mainannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline