Cerita bersambung ini diadaptasi dari naskah pertunjukan Agus Noor berjudul Hakim Sarmin
Di simpang jalan perumahan Kerang Mutiara, seseorang dengan tubuh terbungkus kain dari ujung rambut sampai ujung kaki berjalan cepat. Penampilannya mirip dengan ninja yang ada di film-film Jepang.
Dia menengok ke kanan dan ke kiri. Sepertinya dia takut ada yang memergoki. Secepatnya, dia bersembunyi di balik pohon yang besar.
Tak berapa lama, muncul orang lain yang menggunakan kostum tertutup seperti orang yang tadi. Berjalan mengendap, hati-hati, dan celingukan. Tanpa diduga, mendadak muncul orang yang tadi di hadapannya.
"Dokter Putra?" teriak orang itu tertahan. Ia merasa cemas. Kemudian ia celingukan memastikan tidak ada yang melihat mereka berdua. "Mestinya kita tidak boleh bertemu langsung, Dok. Ini terlalu berbahaya."
"Karena ini berbahaya, makanya saya tidak menggunakan jasa kurir," kata dr. Putra. "Akan lebih berbahaya lagi kalau lebih banyak orang yang tahu."
Dr. Putra menyodorkan amplop tebal berwarna cokelat pada orang itu.
"Nih, apel washington," kata dr. Putra. "Bagaimana situasinya, Pak Panjaitan?"
Orang yang satu lagi itu ternyata adalah Pak Panjaitan, pengacara dan penasehat hukum Pak Walikota. Apa yang direncanakannya dengan dr. Putra?
"Berhati-hatilah," kata Pak Panjaitan mengambil amplop yang disodorkan. "Ada mata-mata yang disusupkan ke Pusat Rehabilitasi."