Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Melatih Kesabaran dalam Mengikuti Pilkada

Diperbarui: 27 Juni 2018   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Ada yang bilang, melatih kesabaran itu dengan berinternet menggunakan provider kuning di kaki gunung Merapi. Buatku, bukan itu yang bisa melatih kesabaran. Menjadi peserta pilkada di daerah ini lebih membantu kita bila sedang melatih kesabaran.

***

"Yang gak dapet undangan ke TPS banyak, Ta, bukan cuma kamu," kata Bapak. Siang tadi kami bertemu di sebuah rumah sakit menjenguk saudara kami yang baru saja melahirkan.

"Makanya itu, Pak, apa kerja mereka kalau banyak yang enggak dapet undangan?" kataku. "Di rumah aja kan udah ditempel kalau saya terdaftar sebagai pemilih di sini. Terus gimana ceritanya saya gak dapet undangan?"

"Emang gak beres mereka kerjanya," kata Bapak. "La ini saya sama emakmu yang serumah aja TPSnya bisa beda. Emakmu di TPS 7 yang di depan kantor kelurahan, saya di TPS 6 yang di depan masjid itu. TPS 6 kan jauh dari rumah."

"Lah, di kecamatan sana, Pak, ada 9 TPS yang digabung di satu tempat," kataku. "Ya maksud saya, kenapa ditentukan tiap desa ada sekian TPS itu supaya dekat dengan warga. Kayak misalnya, TPS di sini semuanya ngumpul di kantor kelurahan, yang di Babakan sana kan jadi jauh banget kalo mau nyoblos."

"Makanya, sebenernya yang butuh sukses pilkada siapa, sih?" gumam bapak.

Aku dan suami sedang menimang-nimang, apakah akan ikut mencoblos atau tidak berhubung aku tidak mendapatkan undangan dan suamiku belum punya pilihan. Namun kata bapak, aku masih bisa ikut dengan menunjukkan KTP setelah pukul 12 siang.

Akhirnya, pukul 12 aku dan suamiku menuju TPS tempat suamiku memilih. Tidak jauh dari rumah sakit yang aku kunjungi. Pukul 12.15, kami sampai di TPS. Semua orang yang mengenakan kartu identitas panitia sedang makan. SEMUANYA.

Ketika kami di meja depan, petugas meminta kami pulang dulu dan kembali beberapa saat lagi. Suamiku sudah mau mengajakku undur diri. Namun aku dengan tegas mengatakan tidak. Ya maksudku lagi, ini sudah pukul 12 lebih 15. Empat puluh lima lagi waktu memilih berakhir. Dan lagi, emangnya mereka makan harus jamaah gitu? Gak bisa emang pada gantian gitu?

"Kenapa gak sekarang aja, sih? Saya buru-buru," kataku tegas sambil mengulurkan KTP.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline