Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

"Living Library with PJ Leo"

Diperbarui: 7 Mei 2018   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: facebook.com/TJPWritingCenter

"Hello, I'm P.J. Leo," kata seorang pria, yang perawakan dan bentuk mukanya mengingatkanku pada Jackie Chan kecuali rambut panjangnya yang dikucir, sambil menyalamiku.

"I'm Meita," kataku. "Sorry, I'm late."

"It's okay," kata pria sambil tersenyum.

Aku lalu tersenyum dan mengangguk pada 5 orang lain yang sudah duduk di situ.

"This is the living library," kata P.J. Leo. "Here I want to talk about my book, Guardians of Tradition."

Pertama kali aku mendengar akan ada living library dalam acara The Jakarta Post Writer Series 2018 ini, aku langsung tertarik. Apa sih living library? Secara terjemahan kata sih artinya perpustakaan hidup. Tapi bentuknya seperti apa? Buku-bukunya pada bisa menceritakan diri sendiri, gitu? Kemudian kalau ada yang kita gak ngerti dia bakal menjelaskan ke kita?

Ternyata, saat aku daftar ulang, panitia menjelaskan padaku bahwa memang konsepnya seperti itu. Tentu bukan bukunya yang menjadi hidup. Itu menyeramkan. Di sini, ada 5 orang yang akan menjadi 'buku'. Mereka akan menceritakan tentang suatu topik dan kita bisa bertanya-tanya untuk membahas lebih dalam tentang topik yang dibicarakan.

Judul buku yang akan dibacakan ada 5. Kelima buku tersebut adalah Say It Out Loud yang bercerita tentang seorang difable yang bekerja keras untuk membuktikan pada orang-orang bahwa dia sama dengan yang lain, 1000 Cranes for India yang bercerita tentang seorang jurnalist dari India yang terinsiprasi membuat 1000 burung kertas untuk negaranya, Guardians of Tradition yang bercerita tentang seorang fotojurnalis yang memdokumentasikan kehidupan orang-orang Cina Benteng, Reading Gap: An Editor's Tale yang menceritakan tentang lika-liku pekerjaan seorang editor, dan The Rise of Female Leadership yang menceritakan tentang perempuan yang memimpin tim yang berisi 7 orang laki-laki. Bukunya menarik semua kan?

sumber gambar: facebook.com/TJPWritingCenter

Aku kemudian memilih buku berjudul Guardians of Tradition yang diceritakan oleh P.J. Leo. Seorang fotojurnalis yang sudah bekerja untuk The Jakarta Post sejak tahun 1991. Baru-baru ini beliau merilis sebuah buku berjudul Guardians of Tradition. Kumpulan foto yang berisi perjalanan hidup kelompok Cina Benteng di Tangerang mulai dari lahir, remaja, bekerja, menikah, hingga meninggal. Bahkan, foto perayaan Gotong Toapekong yang diadakan setiap 12 tahun sekali tidak luput terdokumentasi.

Walaupun itu buku kumpulan foto, namun tidak seperti buku kumpulan foto yang hanya berisi foto dan caption. Buku ini juga memberikan narasi singkat tentang kehidupan dan tradisi orang Cina Benteng. Selain itu, bentuk buku ini mengingatkan kita pada buku kitab yang ada di film-film Cina. Buku bersampul merah dengan dijilid menggunakan benang. Sebuah buku kumpulan foto yang layak untuk menjadi koleksi.

Dalam living library ini P.J Leo menceritakan tentang proses beliau mengambil foto-foto yang dibukukan itu. Salah satu cerita yang aku ingat adalah ketika beliau mencari rumah kebaya. Dari daerah Pasar Lama Tangerang, P.J Leo diarahkan hingga ke daerah Legok. Ketika sampai di rumah yang memiliki rumah kebaya, P.J Leo tidak langsung mengeluarkan kameranya untuk mengabadikan gambar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline