Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Pentas Teater Koma: Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat

Diperbarui: 22 November 2017   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat (www.loket.com)

Malam Minggu (18/11/2017) aku habiskan bersama suamiku menonton pentas Teater Koma di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki. Pertama kali aku menonton pentas Teater Koma adalah pada bulan April 2015 saat mereka mementaskan lakon Opera Ular Putih. Saat itu aku terhipnotis dengan kerennya aksi panggung mereka dan sejak saat itu selalu berusaha untuk bisa menonton pentas mereka. Suamiku terpesona dengan pertunjukan mereka di Museum Nasional dalam acara Akhir Pekan di Museum dan ingin bisa menonton pertunjukan mereka selanjutnya.

Lakon kali ini berjudul Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat. Dari membaca buku panduan aku baru tau, ternyata Sie Jin Kwie melawan Siluman Barat ini adalah lanjutan kisah Sie Jin Kwie yang sebelumnya pernah dipentaskan oleh Teater Koma juga. Pertunjukan pertama berjudul Sie Jin Kwie dipentaskan pada tahun 2010, lalu Sie Jin Kwie Kena Fitnah pada tahun 2011, dan Sie Jin Kwie di Negeri Sihir pada tahun 2012.

Sie Jin Kwie adalah pendekar berbaju putih yang menjadi pahlawan kerajaan Tang saat berperang dengan Kerajaan Kolekok (Korea). Dia berhasil mengalahkan Kaesobun, panglima perang kerajaan Kolekok. Dan dari buku panduan itu aku baru tau, ternyata di lakon Sie Jin Kwie di Negeri Sihir, dia menemui ajalnya saat melawan Yo Hoan. Lah, kalau Sie Jin Kwie nya mati, lalu siapa yang menjadi tokoh utama di lakon Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat?

Dalam sambutan Sang Sutradara, N. Riantiarno, di buku panduan beliau menulis, bahwa baginya Sie Jin Kwie belum selesai karena musuh besarnya, belum mati. Memang Sie Jin Kwie sudah wafat, begitu juga dengan Raja Li Si Bin. Yang kini berjuang adalah anak dan menantunya yang sudah menjadi jendral. Lakon ini harus diselesaikan sampai kerajaan Tang sudah tidak punya musuh lagi.

Jadi, tokoh utama dalam lakon kali ini adalah menantu Sie Jin Kwie yang bernama Hwan Lie Hoa. Pertunjukan dibuka dengan pengangkatan Hwan Lie Hoa sebagai panglima perang oleh Raja Li Ti. Ada 7 jendral yang membantunya dalam perang ini. Mereka adalah Cin Han, Tauw It Houw, Touw Siang Tong, Tiauw Goat Go, Sie Kim Lian, Tan Kim Teng, dan suaminya sendiri, Sie Teng San.

Adegan selanjutnya adalah peperangan antara Cin Han dan Tauw It Houw melawan Yo Hoan, mantan tunangan Hwan Lie Hoa. Cin Han dan Tauw It Houw tidak mampu memenangkan pertandingan tersebut hingga Hwan Lie Hoa harus turun tangan dan akhirnya menang.

"Dilema juga ya kalo jadi Hwan Lie Hoan," kata suamiku. "Di satu sisi, dia adalah panglima kerajaan Tang dan dianggap sebagai pahlawan di sana. Di sisi lain, yang dia lawan itu kerajaan See Liang. Tanah airnya sendiri. Dia dianggap sebagai penghianat di sana."

Foto di pojok selfie (dok.pri)

Betul juga, sih. Namun kami tidak berlarut-larut meratapi nasib Hwan Lie Hoan karena ada hal yang lebih menarik disuguhkan di panggung. Adegan yang diperankan oleh wayang-wayang yang didalangi Budi Ros. Adegan pewayangan ini sudah meriah sejak awal bermula. Selentingan 'nakal' pun disisipkan di sini. Seperti dalang yang tiba-tiba menyeletuk tentang Meikarta.

"... Meikarta itu bukan bagianmu. Itu bagiannya 'Papa minta saham'."

"Sekarang bukan 'Papa minta saham' tapi 'Papa sakit lagi'."

Kalimat tersebut sontak mengundang tawa penonton.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline