Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Jika Aku Menjadi Pengelola Kawasan PLTA Saguling

Diperbarui: 10 Oktober 2016   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Kemarin Hari Minggu, aku berjalan-jalan ke Sanghyang Heuluet di jalan PLTA Saguling, Bandung Barat. Waktu tempuh tempat tersebut adalah sekitar 1 jam dari Padalarang dengan mengendarai motor. Angkot yang mengantar dari Padalarang hanya sampai di pintu gerbang PLTA. Agak susah kalau tidak membawa kendaraan pribadi.

Sampai di tempat parkir, aku membayar retribusi sebesar 10 ribu untuk parkir motor dan 5 ribu untuk masuk perorang. Dari tempat parkir, kami menuruni bukit melalui jalan setapak untuk bisa mencapai Sangyang Heuleut. 

Tempat ini hanya cocok didatangi anak muda dengan stamina yang baik. Sebab dari tempat parkir menuju lokasi yang berada di lembah, kita harus mengikuti jalan setapak sepanjang 2 km menuruni bukit. Jalanan tersebut licin dan curam. Hal itu lebih memberatkan lagi ketika balik ke tempat parkir karena mendaki.

Saat pulang, aku baru memperhatikan ternyata banyak sekali objek wisata alam di kawasan PLTA tersebut. Ada Sanghyang Tikoro, Sanghyang Poek, Curug Bedu (dan ada 5 curug lagi yang bisa dinikmati hanya sayang akses kesananya masih dalam pengerjaan), bendungan saguling, pemandian air panas, dan beberapa lainnya yang aku lupa namanya. Kemudian karena ini memang kawasan PLTA terdapat turbin-turbin, tiang-tiang listrik, dan kantor PLN. Kemudian ada terowongan inspeksi. Sebuah terowongan yang ditutup pintu gerbangnya dan ditulisi ‘kawasan terlarang’.

Yang menggunakan angkutan umum, hanya akan sampai di pintu gerbang PLTA Saguling. Padahal untuk mencapai sangyang heuleut, pengunjung masih harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari pintu gerbang. Satu-satunya cara adalah menyewa jasa ojeg yang tidak murah.

Sayang sekali kawasan ini tidak dikelola secara maksimal. Kalau aku jadi pengelola kawasan itu, aku akan memungut retribusi masuk 100 ribu perorang namun mereka bisa menikmati segala jenis objek wisata yang ada di dalamnya. Kemudian akan kusediaan transportasi yang akan berkeliling kawasan itu yang berangkat tiap satu jam. Seperti transportasi keliling taman mini Indonesia indah yang ada di Jakarta yang beroperasi dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore.

Kawasan PLTA ini masih menyenangkan dengan pepohonan yang masih rimbun. Cocok juga untuk yang ingin berolahraga pagi. Sekedar jalan-jalan atau bersepeda. Kalau aku jadi pengelolanya, aku akan membeli beberapa buah sepeda untuk disewakan pada pengunjung. Kalau perlu, jalanan yang disana akan diperbaiki dan disesuaikan dengan standar sehingga bisa digunakan untuk turnamen sepeda bertajuk tour de Saguling. Atau minimal bisa dipakai untuk fun bike lah.

Kemudian terowongan inspeksi. Daripada hanya ditulis sebagai ‘kawasan terlarang’ aku akan membuat cerita-cerita yang gak penting tentang terowongan itu mengapa menjadi kawasan terlarang. Mungkin itu adalah makan raja Sunda, atau dulunya tempat bertapa, atau disana ada hantu orang Belanda. Ya gitu lah.

Kemudian karena medan untuk mencapai beberapa objek wisata seperti sangyang heuleut dan sangyang tikoro agak sulit, maka aku mau membuat akomodasi entah itu kereta gantung atau membuat jalur alternatif yang lebih bersahabat untuk segala usia.

Yang terakhir akan aku lakukan adalah membuat jadwal open house kantor PLTA Saguling sehingga khalayak umum terutama pelajar dan orang-orang yang tertarik dengan ilmu pembangkit listrik dapat belajar bagaimana pembangkit listrik tenaga air bekerja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline