Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Kisah Berobat di Rumah Sakit

Diperbarui: 28 Januari 2016   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku merasa penglihatanku sudah cukup terganggu. Dari beberapa bulan yang lalu sih sebenernya terganggunya. Tetapi rumah sakit cukup jauh dari sini sehingga yang menang adalah rasa malasku. Sampai pada sore ini, akhirnya aku sudah tidak tahan dan aku berencana untuk menemui dokter mata keesokan harinya.

Ke dokter matanya, aku berencana menggunakan kartu BPJS, maka aku meminta surat rujukan pada dokter di klinik.

“Dokter, tulisin surat rujukan buat saya sih…” kataku pada dokter umum.

“Kamu kenapa?” tanyanya.

“Saya sakit mata ni, tiap hari baca tulisan dokter cowok disini nih…” kataku.

“Emang mata kamu kenapa?” tanya dokter.

“Sakit… perih… trus kalo liat gitu suka jadi ada bayangannya. Trus kalo liat kotak kotak gini, jadi garisnya pada berantakan gitu.” Keluhku.

Dokter itu lalu menuliskan surat rujukan untukku ke rumah sakit terdekat.

Paginya aku menelpon rumah sakit yang dituju untuk pendaftaran. Ternyata, pendaftaran untuk peserta tanggungan BPJS tidak bisa melalui telpon. Si operator telpon rumah sakit dengan baik hati lalu menjelaskan prosedur pendaftaran peserta yang menggunakan kartu BPJS.

Pertama aku diminta ke konter BPJS dengan membawa fotokopi kartu BPJS, surat rujukan dari PPK 1, dan seabreg fotokopi lainnya. Kemudian aku diminta untuk registrasi, lalu menunggu dokter, kemudian kalau dapat obat aku harus ….

Ih ribet banget sih, gak cukup 2 jam aku ntar di rumah sakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline