Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Coca, Cocaine, dan Coca-cola

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku baru saja membaca sebuah artikel berjudul Freud, Sherlock Holmes, and Coca Cola: The cocaine Connection yang ditulis oleh Ray Sturgess, seorang apoteker industri di Inggris, di majalah The Parmaceutical Journal. Artikel ini dari judulnya sudah menarik. Apa hubungan Freud, Sherlock Holmes, dan Coca cola dengan kokain?

Sigmund Freud adalah seorang neurologis yang sangat berminat pada kokain. Dia bahkan mengembangkan pengobatan kecanduan morfin dengan kokain. Dalam artikel itu diceritakan awal mula Freud tertarik dengan kokain hingga dia mendapat penghargaan internasional karena penelitiannya mengenai kokain dan berhasil menikahi tunangannya. Sedangkan Sherlock Holmes adalah seorang detektif fiktif yang sangat terkenal yang suka menggunakan kokain untuk menstimulasi otaknya ketika sedang bosan.

Lalu apa hubungannya soft drink yang mendunia itu dengan kokain?

Ternyata, pada awal pembuatannya, Coca cola mengandung kokain di dalamnya. Bukan kokain murni yang dicampurkan dalam minuman bersoda itu. Coca cola adalah sebuah minuman yang dibuat dari ekstrak daun coca, kafein, ekstrak cola nut, dan beberapa minyak untuk memperkuat rasa ketika dimunculkan ke publik pada tahun 1886. Kokain sendiri, adalah sebuah zat yang terkandung dalam daun coca. Tidak kah kita jadi mengerti kenapa kokain dan coca cola memiliki nama seperti itu?

Tanaman coca (Erythroxylum coca) adalah tanaman yang tumbuh liar di Amerika Selatan. Selama ratusan tahun, orang asli Bolivia, Peru, dan Colombia mengunyah daun coca untuk mendapatkan efek stimulasi. Mengunyah daun coca dapat menekan nafsu makan dan membuat pengunyahnya dapat bekerja lama tanpa lelah. Orang Spanyol yang datang menjajah ke Amerika Selatan mengetahui keunggulan tanaman ini dan mereka memaksa orang yang bekerja pada mereka sering mengunyah daun coca. Pekerja yang merupakan orang asli Amerika Selatan itu menjadi tidak perlu makan dan istirahat saat bekerja sehingga bisa menghasilkan banyak harta untuk orang Spanyol tetapi menimbulkan banyak kematian di kalangan pekerja karena daun coca bila dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

Setelah banyak orang yang menjadi sakit dikalangan pekerja, orang Spanyol lalu membatasi penggunaan daun Coca dan mengirim banyak sekali daun Coca untuk diteliti di Eropa. Yang kemudian berhasil mengisolasi senyawa aktif dari daun coca yang memiliki efek stimulan adalah seorang berkebangsaan Jerman bernama Albert NIemann. Di Eropa, hampir semua orang menyukainya. Kokain adalah stimulant yang tidak menyebabkan kecanduan dan dapat membuat penggunanya bisa bekerja dan berpesta sepanjang malam. Beberapa penyakitpun diklaim dapat sembuh dengan kokain dengan keselamatan yang sempurna.

Tahun 1863, seorang ahli kimia bernama Angela Mariani membuat sebuah minuman bernama Vin Mariani, sebuah campuran wine dan kokain yang dijual sebagai stimulant perut, pereda nyeri, penekan nafsu makan, dan menangani anemia. Setiap ounce dari minuman tersebut mengandung 6 milligram kokain. Dan secara keseluruhan mengandung 17% alkohol. Selanjutnya, Angela Mariani merilis Elixir Mariani yang mengandung kokain tiga kali dari Vin Mariani.

Awalnya, Coca cola adalah racikan yang tidak jauh dari Vin Mariani. Coca cola yang pada awalnya bernama French Wine Coca adalah minuman yang memiliki komposisi campuran wine dan extrak daun coca. Orang pertama yang meraciknya adalah seorang apoteker dari Atalanta bernama John Pemberton. Tapi kemudian Pemberton merubah komposisi dari ramuannya. Mengganti wine dengan kafein lalu menambahkan ekstrak kola nut dan beberapa jenis minyak. Minuman ramuan terakhir inilah yang dipatenkan dengan nama coca cola.

Setelah Pemberton meninggal dunia, Coca cola dipegang oleh seorang bernama Asa Griggs Candler yang memasarkan coca cola tidak hanya sebagai minuman tetapi juga sebagai obat untuk sakit kepala dan kelelahan. Dan dari sini lah mulai tenarnya coca cola. Selain dengan menjadikan minumannya sebagai obat, Candler juga memasarkan minumannya melalui seorang traveling salesman dan membuat merchandise dari coca cola secara besar-besaran. Pada tahun 1898, coca cola sudah tidak lagi dipasarkan sebagai obat karena obat memiliki pajak khusus.

Pada akhir abad ke 19, orang Eropa harus menerima kenyataan bahwa kokain tidak sebaik itu. Dia ternyata juga bisa menimbulkan kecanduan dan dia bisa merusak organ tubuh dalam jangka penggunaan tertentu. Sehingga kokain lalu ditarik dari peredarannya sebagai obat bebas dan Coca cola, harus merubah komposisinya supaya minuman itu tidak lagi mengandung kokain. Candler lalu mengekstrak kokain dari daun coca, sebelum daun itu kemudian dimasukkan dalam minuman.

Sekarang, dari leaflet yang dikeluarkan oleh coca-colahellenic.com, dijelaskan bahwa komposisi dari coca cola adalah air, gula, caramel, kafein, karbondioksida, phosphoric acid, dan natural flavoring. Tidak dijelaskan natural flavouring yang digunakan adalah apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline