Lihat ke Halaman Asli

Deteksi virus HMPV di Indonesia : Biopolitik Michel Foucault dan kesiapan manusia menghadapi ancaman kesehatan baru

Diperbarui: 8 Januari 2025   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terdeteksinya virus Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia membuka diskusi luas mengenai bagaimana manusia, pemerintah, dan masyarakat global menghadapi ancaman kesehatan baru. Dalam pemikiran filsafat, fenomena ini dapat dianalisis melalui lensa biopolitik Michael Foucault, yang mengkaji bagaimana kekuasaan bekerja untuk mengelola populasi melalui regulasi kesehatan, surveilans, dan pengelolaan tubuh manusia.

Biopolitik dan Kekuasaan atas Kehidupan

Dalam karya-karyanya, Foucault memperkenalkan konsep biopolitik untuk menjelaskan cara negara modern mengelola kehidupan rakyatnya. Kekuasaan tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat untuk menghukum, tetapi juga untuk mengatur dan melindungi populasi melalui kontrol terhadap kesehatan, tubuh, dan lingkungan hidup. Pandemi atau wabah penyakit seperti HMPV menjadi salah satu momen ketika biopolitik beroperasi secara intensif.

Terdeteksinya HMPV memunculkan pertanyaan mendasar: bagaimana pemerintah dan lembaga kesehatan bertindak untuk melindungi populasi? Foucault menjelaskan bahwa negara menggunakan strategi pengawasan, statistik, dan regulasi untuk mencegah penyebaran penyakit. Misalnya, pelacakan kasus, pengujian virus, dan penyebaran informasi tentang pencegahan adalah bentuk nyata dari biopolitik. Langkah-langkah ini menunjukkan bagaimana kekuasaan bekerja untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan individu dan keamanan kolektif.

Pengawasan dan Pengelolaan Tubuh

Salah satu tema utama biopolitik adalah bagaimana tubuh manusia menjadi objek pengelolaan. Dalam kasus HMPV, tubuh individu yang terinfeksi atau berpotensi terinfeksi menjadi pusat perhatian. Surveilans kesehatan—seperti pelaporan kasus, penggunaan alat diagnostik, atau bahkan intervensi medis—menjadi alat untuk mengendalikan ancaman yang tersembunyi. Namun, biopolitik juga memunculkan dilema etis. Apakah kebijakan kesehatan seperti karantina atau pembatasan mobilitas individu melanggar kebebasan personal? Foucault akan mengatakan bahwa kekuasaan modern bekerja melalui normalisasi; kebijakan-kebijakan ini diterima sebagai wajar karena dianggap melindungi kehidupan. Akan tetapi, kritik terhadap biopolitik sering kali mempertanyakan apakah pengelolaan kesehatan ini justru memperluas kontrol negara atas kehidupan individu.

Kesiapan Menghadapi Ancaman Baru

Terdeteksinya HMPV juga mengungkapkan tingkat kesiapan manusia dalam menghadapi ancaman kesehatan baru. Dalam konteks biopolitik, kesiapan ini tidak hanya mencakup kemampuan teknologi medis, tetapi juga kapasitas institusi untuk merespons ancaman dengan cepat dan efektif. Foucault mengingatkan kita bahwa respons terhadap wabah tidak lepas dari distribusi kekuasaan—siapa yang memiliki akses terhadap sumber daya kesehatan, siapa yang diprioritaskan, dan bagaimana populasi tertentu mungkin menjadi lebih rentan dibanding yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline