Rindu; keperihan
yang sulit terobati
mengangkangi rasa,
merambah semesta
waktu melipat cuaca
pada gerak
pada diam
meninggalkan jejak
dalam semi
pun kemarau
serupa nyawa
bernapas di lekuk raga
Karena rindu
aku--kamu bertanya-tanya
menjadi pengelana
hilang arah
terdampar di teluk samudra
kadang melata
di padang sahara
menghitung hari
"kapankah malam
berganti pagi?"
Saat rindu
pikir memberontak
pada takdir
membayang resah
jarak terlampaui
tawa terngiang di telinga
tidur tiada lena
senyum pun memaku
memesona; bayangnya
***
inilah kesaksian bisu hanya bisa kusemat dalam kalbu, menjadi ritual indah kala ingatan tak mampu kubendung dengan suara. Meski waktu tertinggal jauh, kenangan-kenangan kita, juga harapan-harapan yang sudah berbuah nestapa. Mungkin sendiri memang episode renungan agar belajar dari kesalahan, atau bangkit untuk sebuah perbaikan walau mungkin tak sejalan dengan kenyataan.
Aku tak mengerti, mengapa perih selalu menjadi mata kunci, melemparku dalam sunyi, tak jarang tangisku melewati pagi. Seperti kini, deraan hampa teramat abadi membisiki ruang dada, memanggil namamu, bahkan mengawani diamku seakan bersentuhan antara sadar dan lamunan.
"Tidurlah, Nadila ... kau cukup dewasa memantik luka, bukankah setia tak harus berhadapan dalam tatap muka? Tuhan teramat bijaksana menumbuhkan cinta, pada jarak tak terlihat, rasa kasih menjadi pilar maha daya, melahirkan doa-doa hingga antara aku denganmu ada penjagaan dan kita tenteram dengan rahman-Nya."
Terngiang suara lembutmu, Pras. Selalu, setiap kali kita terjaga di ujung malam. Menapasi jiwa-jiwa lelap yang mungkin menitip mimpi dengan berjuta harap, atau melanglangi gigil malam dengan munajat merayu Tuhan.
***
Semua memang salahku, ketika suatu hari aku terpaksa menyisih pergi. Engkau yang sudah membulatkan janji kan membawaku ke pelaminan suci, dengan begitu egonya harus kupaksa berhenti.
Karena alasan-alasanku yang mungkin teramat janggal dan terkesan mengada-ada bagimu, tapi sebenarnya kau tak pernah paham, itulah pengujian cinta yang terpaksa kulakukan untuk mengetahui sejauh mana kesungguhanmu sebagai imam, apakah kau bisa bertanggung jawab seperti yang Rasul arahkan, atau hanya menuruti nafsu untuk waktu yang cepat memudar?