Lihat ke Halaman Asli

Meisya Zahida

Perempuan penunggu hujan

Puisi | Keabadian Puisi (Kepada Alzam)

Diperbarui: 28 Februari 2020   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin datang, padamu
Sebagai pelukan
Lebih ritmis dari keabadian puisi
Semoga kau tak lupa mencatat
Bagaimana gerimis turun kala itu
Kau berkata "Ini tak lazim
sebab matahari belum bergeser dari
edarannya"
Aku tak paham
Kau pun menggeleng pelan-pelan

Hari ini, orang-orang sibuk
memberi ucapan
Kepada chairil, si 'Binatang Jalang'
Aku menyebutnya penyair 'Malang'
Karenanya, aku ingin berbelasungkawa
"Kau cukup mendoakan mereka
yang telah berurusan dengan Tuhan
Sebab bahagia ada
ketika doa menyerta" katamu
Aku mengerti, karenanya kutulis puisi ini

Aku telah datang, padamu
Sebelum kau ucapkan kata selamat
Sebelum kecemasan memberi jawaban
Setelah hari-hari menjadi cerita kosong
Dan puisi, menceritakan nasibnya sendiri

Madura, 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline