Lihat ke Halaman Asli

Meisya Zahida

Perempuan penunggu hujan

Puisi | Tak Kenal Waktu

Diperbarui: 25 Februari 2020   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Aku ingin bertamasya di hening ini, ibu
Sebelum doa-doa mengalir
Di deras munajatmu
Setelah dzikir aku aminkan
Dan jalan luas memanjang

Ibu, sekian mil aku terus berlari
Liuk aspal di dataran
Seperti seutas benang
Kerap kusut lalu membola di genggaman
Tapi telunjukmu
Searah firman Tuhan mengajariku
Nama-nama panggilan

Tak henti jantungku berdenyut
Saat pasang surut air laut
Kau umpamakan gejolak hidup
Sampan merambah samudra
Layar-layar mencari peta
Hulu dan hilir seperti wajah luka
Membandang prahara

Peluklah aku, ibu
Ke dalam rindu
Kau asah tak kenal waktu

Madura, 24/02/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline