Lihat ke Halaman Asli

meisya nurullah

mahasiswa kebidanan

Panyakit Alergi Mata

Diperbarui: 5 Juli 2024   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyakit alergi mata diketahui menyebabkan penurunan yangsignifikan dalam pekerjaan dan produktivitas pendidikan dan kualitas hidup secara keseluruhan. Meskipun peningkatan prevalensi konjungtivitis alergi terjadi di seluruh dunia,prevalensi pastinya sangat bervariasi tergantung pada negara dan bahkan di berbagai wilayah di negara yang sama. Variasi ini tampaknya mencerminkan sifat penyakit yang sangat heterogen, dan juga perbedaan etnis, spesies alergen, dan faktor risiko lingkungan.Konjungtivitis alergi adalah penyakit dengan prevalensi yang meningkat yang menyerang anak-anak dan orang dewasa dan menyebabkan penurunan kualitas hidup yang signifikan dan terkadang kerusakanpenglihatan yang tidak dapat diperbaiki. Terdapat berbagai bentuk penyakit, beberapa diinduksi alergen seperti konjungtivitis alergi musiman dan perinneal, konjungtivitis papiler raksasa, dan blepharoconjunctivitis alergi kontak, sedangkan yang lain tidak selalu dijelaskan oleh paparan alergen, seperti keratokonjungtivitis vernal dan keratokonjungtivitis atopik. Konjungtivitis alergi tidak dipahami secara luas karena beberapa too bad an yaitu mata memiliki status tertentu di bidang alergi, banyak perdebatan seputar klasifikasi berbagai bentuk konjungtivitis alergi telah banyak diperumit oleh definisi yang ambigu dan terminologi, pemeriksaan konjungtivitis alergi dan manajemen terapeutik bersifat multidisiplin,dan studi klinis dan epidemiologis konjungtivitis alergi terlalu sering. Konjungtivitis alergi adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh respon okular terhadap alergen lingkungan. Hingga 40-60D44 pasien alergi memiliki gejala okular.2,4 The National Wellbeing and Nourishment Examination Study (NHANES) III tahun 1988-1994 menunjukkan bahwa 40% penduduk usia >17 tahun dilaporkan mengalami gejala alergi okular, dan digolongkan sebagai konjungtivitis alergi. Gejala alergi okular sering disertai dengan gejala hidung. Prevalensi rinokonjungtivitis alergi diperkirakan 30ri kohort, dan lebih sering terjadi pada individu yang lebih muda. Sebuah studi baru-baru ini di China melaporkan bahwa alergi okular memiliki prevalensi 28%. Di Amerika Serikat, 20%-30% populasi mengalami gejala yang konsisten dengan determination alergi okular. Di Amerika Serikat, antara 70n 80% pasien yang menderita regular conjungtivitis sensitivity (SAC)
dapat mengalami gejala mata yang parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline