Lihat ke Halaman Asli

Meisya Maulinda

Mahasiswa Universitas Airlangga

Tren Budaya Korea, Membuat Remaja Putri Addict terhadap Idol K-Pop

Diperbarui: 9 Juni 2022   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti yang sudah umum kita ketahui, bahwa saat ini terjadi sedikit pergeseran budaya dikalangan remaja, terutama remaja-remaja putri. Ada begitu banyak produk Korean Wave yang sudah menjadi keseharian para remaja saat ini. Mulai dari drama, lagu, fashion, life style, makanan, bahkan tak sedikit adanya remaja yang mulai fasih berbahasa Korea dan ada pula yang tengah semangat-semangatnya belajar bahasa Korea. Tak dapat dielakkan lagi bahwa budaya Korea berkembang begitu pesatnya diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya bermunculan caffe shop yang bertemakan Korean Wave, munculnya grup-grup cover dance yang diilhami dari grup boyband Korea, atau banyaknya street food yang menjual berbagai makanan khas Korea. Namun, hal yang sangat digandrungi oleh para remaja saat ini adalah grup boyband yang berasal dari negeri ginseng tersebut.

Korean Wave atau Gelombang Korea merupakan terjemahan dari istilah Hallyu (한류) yang didalam bahasa korea artinya adalah Arus Han. Han ini mengarah pada artian Hankuk atau Korea. Maka bisa disimpulkan bahwa Hallyu atau Korean Wave ini merupakan arus yang dibawa oleh Korea untuk dunia luas melalui budaya nya. Kecendrungan para remaja terhadap musik K-Pop membuat Korean Wave semakin populer di Indonesia, musik pop Korea pertama kali muncul pada tahun 1930-an. K-Pop merupakan singkatan dari kata Korean Pop (Musik Pop Korea). Merupakan jenis musik popular yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop identik dengan Boyband atau Girlband yang terdiri dari 4 orang atau lebih didalam satu grup. Salah satu agensi besar yang menjadi awal lahirnya K-Pop ini adalah SM Entertainment, dimana pendiri nya adalah Lee Soo Man. Didalam agensi SM Entertainment ini sudah banyak melahirkan boyband-boyband atau girlband-girlband nan berbakat. Seperti Super Junior, EXO, Shinee, NCT, RedVelvet, SNSD, Aespa, dan masih banyak lagi. Agensi-agensi yang lain pun ikut bermunculan sehingga kini sudah banyak sekali berbagai macam idola-idola yang digandrungi oleh para remaja.

Berkembangnya teknologi dengan pesat khususnya pada media massa memberikan efek yang sangat besar terhadap kemajuan komunikasi. Hal ini yang membuat penyebaran informasi mengenai Korean Wave menjalar begitu cepat hingga kini menjadi sangat popular. Menurut Bungin (2006: 100), ia menyebutkan bahwa kebudayaan yang populer itu biasanya sangat berhubungan dengan masalah sehari-hari yang bisa dinikmati oleh semua orang atau bahkan hanya kalangan tertentu saja, seperti musik, fashion, life style, film dan lain sebagainya.

Namun tentu saja ada dampak disetiap apapun yang terjadi. Seringkali para remaja yang sedang demam Korean Wave ini menjadi begitu terobsesi dengan hal yang berbau Korea. Para remaja ini seakan-akan kehilangan jati dirinya serta sedikit menggeser budaya yang ia miliki kepada budaya yang mereka sukai, budaya Korea. Selayaknya budaya barat yang masuk dan berkembang di Indonesia, tentu saja setiap budaya baru yang masuk ke Indonesia pasti mempunyai dua sisi yang saling berseberangan, dalam artian pasti ada sisi baik dan sisi buruknya, ada dampak positif dan dampak negatifnya.

Dampak positifnya adalah:

1. Dapat memberi motivasi dan semangat terhadap diri mereka

2. Memiliki banyak hubungan pertemanan dan luas

3. Mampu mengjhasilkan uang dari berjualan merch K-Pop secara Online

4. Mandiri

Sementara dampak negatif nya sebagai berikut:

1. Terganggun nya kesehatan mata akibat terlalu lama melihat HP, Laptop dan sebagainya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline