Dulu aku ingin menjadi seseorang, seseorang yang tak tentu. Kadang aku ingin menjadi seperti ibu Meda -seorang guru sekolah dasar yang hebat, kadang ingin menjadi seperti dokter Nani -seorang dokter spesialis anak yang pintar, kadang ingin menjadi seperti bu Dita -seorang tour guide yang pemberani, kadang ingin menjadi seperti pak Sain -seorang guru bahasa inggris yang berwibawa, kadang ingin menjadi seperti bu Neti -seorang guru ekonomi di SMA yang sabar, kadang ingin menjadi seperti pak Riki -seorang dosen yang penuh toleransi, dan kadang aku ingin menjadi seperti kedua orang tua ku -kedua orang hebat yang sudah mampu membesarkan anak-anak nya..
Kata orang-orang hidup adalah pilihan, memilih dengan berani mengambil resiko nya. Karena setiap pilihan memiliki resiko masing-masing yang wajib diterima dan dihadapi. Tapi aku selalu bingung ketika memilih pilihan karena aku takut menerima dan menghadapi resiko nya, rasa nya aku tidak akan mampu menghadapi resiko nya nanti. Diriku sadar seharusnya tidak seperti ini mental yang disiapkan ketika aku ingin menjadi seseorang, aku harus memiliki mental kuat yang siap menghadapi segala resiko dan situasi.
Ada cerita ketika diriku memasuki semester awal di kelas 3 SMA, teman-teman ku tengah berbicara tentang universitas impian mereka. Ketakutan mereka sama kala itu, takut ditolak disetiap universitas impian masig-masing. Tapi aku melihat keberanian dalam diri mereka, mereka berani mengambil resiko masing-masing. Entah itu ditolak di universitas impian mereka dan mereka siap menerima rasa kecewa, mereka yang salah memilih jurusan, harus kost dan jauh dari keluarga mereka, mereka siap menerima semua resiko tanpa ragu. Betapa berani nya mereka yang jauh berbeda dengan ku.
Aku tahu diriku terlalu payah untuk menjadi seseorang. Tapi aku yakin aku bisa menjadi seseorang yang aku impikan. Entah bagaimana cara nya agar aku bisa menjadi pemberani dalam memilih dan mengambil resiko. Tapi yang pasti aku akan berusaha untuk mempelajarinya agar aku bisa menjadi seseorang.
Keinginan ku untuk menjadi seseorang juga kurang jelas saat ini. Aku masih di fase sulit memilih dan bimbang, apa karena aku memang pribadi yang bimbang atau memang di umur seperti ini sedang masanya kebimbangan. Entahlah tidak ada waktu untuk memikirkan nya, sekarang adalah waktunya untuk memikirkan seseorang yang aku impikan. Bukan seseorang yang aku suka atau aku idamkan, tapi diriku dimasa depan akan menjadi seseorang seperti apa.
Tapi saat ini ketika aku menulis cerita pendek ini, aku merenungkan segalanya. Aku sudah tumbuh besar berkat kerja keras kedua orang tua ku, dimana mereka berdua nanti nya akan menua dan perlu aku rawat. Sedangkan merawat mereka tidak cukup hanya merawat, aku perlu materi agar semua keperluan mereka terpenuhi. Sedangkan mencari nafkah itu terlihat tidak mudah bagiku, melihat kedua orangtua ku bekerja saat ini sangat lah sulit. Maka dari itu aku siap menjadi seseorang dan aku siap mengambil semua resiko nya. Walau dalam praktik nya pasti akan terasa sulit tapi aku akan terus mencoba nya sampai aku sampai di titik yang diriku ingin kan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H