Tari Kubro Siswo merupakan salah satu bentuk akulturasi antara kesenian daerah dan tradisi masyarakat Magelang yang identik dengan agama Islam. Kesenian ini menyajikan sebuah tarian yang diiringi laguan selawat sebagai bentuk penyebaran Islam di Pulau Jawa. Tak hanya itu, tarian ini juga mencerminkan semangat perjuangan rakyat Jawa dalam melawan penjajah Belanda.
Secara etimologi, kata "Kubro” berarti besar dan ’’Siswo” memiliki arti siswa atau murid yang apabila digabung menjadi ”Kubro Siswo” akan bermakna sebagai pengabdian besar seorang murid kepada Tuhan.
Tarian ini disebut juga sebagai Tari Kubro Siswo Sumber Muda yang berasal dari Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dalam Festival Salaman Art Day 2023 di Desa Kalirejo, tarian ini pun ikut meramaikan suasana masyarakat setempat.
Berdasarkan informasi dari salah satu narasumber, asal-usul Tari Kubro Siswo Sumber Muda bermula dari upaya persatuan warga Desa Sumbersari akibat perpecahan para pemuda yang terjadi pada tahun 2016.
Upaya tersebut bangkit dari rangkaian kesenian daerah, seperti kesenian rebana, orkes dangdut, dan musik modern yang dikolaborasikan dengan tarian menjadi Seni Tari Oblogowor.
Nama ”Oblogowor” terinspirasi dari sebuah masakan sayur khas daerah Jawa, yakni ”Jangan Onlok-Oblok”. Masyarakat setempat yang merasa asing dengan nama ”Tari Oblogowor”, kemudian menggantinya menjadi Tari Kubro Siswo Sumber Muda.
Berdasarkan wawancara, Bapak Bilal selaku narasumber mengatakan, "Tarian ini pernah diundang oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk tampil dalam perayaan Hari Jadi Kota Mungkit di Pendopo Kabupaten Magelang. Keunikan akan nama kesenian tersebut yang 'nyeleneh', akhirnya Tarian Kubro Siswo Sumber Muda mendapatkan lisensi dari Pemerintah sebagai bentuk legalitasnya."
Rangkaian Tarian Kubro Siswo dibagi menjadi tiga urutan, yaitu tarian pembuka, inti, dan penutup. Laguan pengiring tari tersebut, umumnya berisikan pesan dan ajakan dalam melaksanakan ibadah salat lima waktu, sedekah, dan lain sebagainya. Hal itu juga disampaikan oleh Bapak Bilal sebagai berikut.
"Nyanyian dari Tari Kubro Siswo Sumber Muda berisi laguan Jawa, religi, dan tembang dolanan yang memiliki makna atau tujuan sebagai wejangan atau pesan dari keagamaan. Namun, untuk tembang dolanan dijadikan sebagai penghibur pada saat sesi lawak/hiburan Tari Kubro Siswo. Di dalam Tarian Kubro Siswo terdapat rodat yang diawali dengan Tari Pembuka dan dilanjutkan Tari Pangayubagyo sebagai pengucapan selamat datang untuk para penonton. Kemudian berlanjut dengan tarian asli dari kolaborasi tarian lokal, seperti Tarian Bangilun, Tarian Jathilan, dan Tarian Angguk yang dikemas menjadi satu kreasi rodat yang baru."
Pentas tari ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang terdiri atas 20 penari dengan musik pengiring yang dimainkan langsung di atas panggung. Tari Kubro Siswo menampilkan gerakan tarian yang energik dalam menggambarkan kobaran semangat perjuangan perang melawan para penjajah.
Tarian itu telah menjadi bagian dari kesenian daerah yang rutin diadakan di beberapa kecamatan pada regional Kabupaten Magelang. Hal itu dinyatakan oleh Bapak Bilal sebagaimana Tari Kubro Siswo Sumber Muda sudah pernah tampil di Kecamatan Kajoran, Kecamatan Muntilan, Kecamatan Dukun, serta dalam Festival Salaman Art Day 5, Salaman Art Day 6, dan Salaman Art Day 7.