Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (WHO, 2023). Diabetes melitus dikategorikan menjadi tipe 1 atau tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin secara absolut akibat kerusakan sel yang memproduksi insulin di pankreas oleh suatu proses autoimun. Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi ketidakmampuan sel untuk merespon insulin (resistensi insulin) dan kompesasi sekresi insulin yang tidak memadai, sehingga menyebabkan kegagalan penyerapan glukosa.
Diabetes menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Komplikasi dari penyakit yang berhubungan dengan diabetes menjadi penyebab kematian pada pasien diabetes. Salah satu cara yang efektif untuk mengelola diabetes melitus tipe 2 adalah melalui aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan salah satu dari 4 pilar pengelolaan DM untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Latihan fisik pada pasien DM tipe 2 memiliki peran dalam meningkatkan sensitivitas insulin, memfasilitasi penyerapan glukosa, dan membantu dalam mengontrol glukosa darah.
Berdasarkan penelitian, latihan fisik terbukti berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah atau nilai HbA1c pada pasien DMT2 (Istiqomah dan Yuliyani, 2022). Biasanya satu sesi latihan fisik akan dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah hingga 72 jam pasca latihan. Jenis latihan yang umum dilakukan oleh pasien DMT2 meliputi latihan aerobik, senam diabetes, jalan cepat, dan berjalan di treadmill. Latihan aerobik, yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), termasuk jalan cepat dan senam diabetes, terbukti efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Durasi latihan yang disarankan adalah 30-60 menit per sesi, yang dilakukan 3-6 kali per minggu. Latihan ini menyebabkan peningkatan aliran darah dan kontraksi otot yang membantu otot menyerap lebih banyak glukosa tanpa perlu insulin, sehingga kadar glukosa darah dapat turun.
Latihan fisik yang dilakukan secara rutin tidak hanya membantu menurunkan kadar glukosa darah, tetapi juga memiliki manfaat jangka panjang dalam mencegah komplikasi diabetes. Penelitian menunjukkan bahwa pasien DMT2 yang menjalani program latihan fisik teratur memiliki risiko lebih rendah mengalami komplikasi kardiovaskular, serta memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, olahraga juga dapat membantu menurunkan berat badan dan memperbaiki profil lipid, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung pada pasien diabetes.
Lebih lanjut, aktivitas fisik juga dapat membantu meningkatkan kesehatan mental, dengan mengurangi gejala depresi dan kecemasan yang sering dialami oleh pasien diabetes (Kurniawan & Wuryaningsih (2016). Keterlibatan dalam aktivitas fisik juga meningkatkan perasaan kontrol diri dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Kesimpulannya, latihan fisik merupakan salah satu komponen penting dalam pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien DMT2 untuk menjadikan latihan fisik sebagai bagian dari rutinitas harian mereka untuk menjaga kadar glukosa darah tetap stabil dan menghindari komplikasi.
REFERENSI
Istiqomah, I. N., & Yuliyani, N. (2022.). Efektivitas latihan aktivitas fisik terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2: kajian literatur. Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(10), pp.1-10.
Kurniawan, A. A., & Wuryaningsih, Y. N. S. (2016). Rekomendasi latihan fisik untuk diabetes melitus tipe 2. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 1(3), pp.197-208.
World Health Organization. (2023). Diabetes. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H