Dalam dunia Pendidikan guru dan murid memiliki peran penting mewujudkan tujuan Pendidikan. Guru bertugas untuk mendidik, mengajar, menilai, dan mengevaluasi perkembangan peserta didik. Sedangkan murid memiliki tugas belajar, berlatih memahami materi pembelajaran dan memiliki kewajiban mengerjakan tugas-tugas yang diberikan di sekolah,.
Murid memiliki pribadi yang unik yang setiap guru mampu memahami keunikan-keunikan tersebut, sehingga pendekatan yang dilakukan kepada murid sifatnya pun berbeda-beda. Lingkungan sekolah yang positif sangat mempengaruhi perkembangan diri murid sekaligus kualitas sekolah, salah satu peninjauan lingkungan sekolah positif yaitu penerapan disiplin di sekolah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Disiplin bukan tentang mengikuti peraturan atau menghindari hukuman, tapi kemampuan mengendalikan diri, menyesuaikan perilaku sesuai norma, dan mengembangkan tanggung jawab pribadi. Selain itu, didsiplin juga memberikan struktur bagi individu untuk mencapai tujuan mereka dengan cara yang teratur dan bertanggung jawab.
Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa :
"dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat "self discipline" yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras- kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kepercayaan sendiri dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Dalam penerapan displin di sekolah harus dibangun sebuah budaya positif yang di mulai secara bersama oleh warga sekolah, baik guru, murid, kepala sekolah, orangtua dan komite sekolah. Membangun sebuah budaya positif harus di sepakati bersama, sehingga aturan -aturan yang di berlakukan pun atas keputusan bersama.
Sama halnya di dalam kelas untuk mewujudkan murid displin selain terbentuk dari diri sendiri ada juga di bentuk secara bersama yaitu melalui kesepakatan kelas atau keyakinan kelas. Keyakinan kelas adalah sebuah nilai- nilai Kebajikan (kepercayaan) universal yang telah disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama peserta didik.
Nilai-nilai Kebajikan menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.
Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa nilai- nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi tidak tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya.