Pemahaman awal saya tentang murid dan pembelajaran di kelas adalah seseorang atau individu yang memerlukan ilmu pengetahuan yang membutuhkan bimbingan dan arahan untuk mengembangkan potensi diri secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab untuk meningkatkan taraf kehidupan. Belajar adalah suatu kewajiban bagi peserta didik, guru memiliki kewajiban untuk memberikan pengajaran secara langsung sesuai dengan kurikulum sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan serangkaian kegiatan belajar mengacu pada silabus dan analisis kompetensi dasar, melalui assessment dan kegiatan penilaian harian, tujuan akhirnya adalah peserta didik mendapatkan hasil akhir belajar berupa nilai. Dengan kata lain, guru secara langsung membantu peserta didik untuk peserta didik untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan potensi yang mereka miliki dengan baik dan terarah.
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menjadi pondasi dan kompas sebagai penentu arah konteks pendidikan di Indonesia dan di sekolah-sekolah pada saat ini melalui kurikulum nasional. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran adalah menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) "pengajaran" (onderwijs) adalah salah satu komponen penting yang terikat dengan pendidikan dan proses pembelajaran. Pengajaran adalah proses pemberian ilmu atau pengetahuan yang bermanfaat dan berguna untuk kehidupan peserta didik, baik secara lahir dan batin. Sedangkan "pendidikan" (opvoeding) adalah upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Jadi menurut KHD bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan usaha mempersiapkan untuk segala kepentingan dan kebutuhan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Pada abad ke 21 penanaman pendidikan karakter dalam diri peserta didik menjadi tantangan tersendiri. Seiring dengan kemajuan zaman menuntut peserta didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, akan tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak dapat menumbuhkan watak dan karakter dalam diri peserta didik. Dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yang berpusat pada peserta didik, Guru harus menyiapkan peserta didik yang memiliki daya saing, membangun konsep diri dengan kreativitas tak terbatas, inovasi, dan kemampuan literasi yang cakap serta memiliki profil pelajar pancasila.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik serta mewujudkan peserta didik yang memiliki Profil Pelajar Pancasila untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, dan mandiri. Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dimana makna pendidikan adalah tempat bersemainya kebudayaan, dimana pendidikan membangun peradaban dan melahirkan masa depan, sehingga dapat menjawab tantangan zaman. Beberapa pemikirannya yang terkenal antara lain: sistem among, kodrat alam dan kodrat zaman, Tri Kon (kontinu, konvergen, konsentris), Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat), berhamba pada anak, budi pekerti, bermain adalah kodrat anak, dan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
- Sistem Among
Sistem Among adalah suatu sistem pembelajaran yang mengedepankan pembentukan manusia secara utuh. Suatu metode yang tidak menghendaki 'perintah-paksaan', melainkan memberi 'tuntunan' bagi hidup anak-anak agar dapat berkembang dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya. Sistem among bertujuan untuk membangun hubungan emosional yang kuat antara guru, siswa, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang optimal.
- Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Kodrat alam adalah sifat alami manusia yang harus dikembangkan, seperti sifat kejujuran, ketulusan, tanggung jawab dan lain-lainnya. Sedangkan kodrat zaman adalah keadaan dan tantangan yang dihadapi oleh manusia pada zaman tertentu. Untuk berhasil dalam kehidupan, Ki Hajar Dewantara percaya bahwa anak-anak harus dididik dengan mempertimbangkan kedua faktor ini. Anak-anak harus diajarkan sifat-sifat yang sesuai dengan kodrat alam mereka dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
- Asas Tri Kon
Tri Kon terdiri dari tiga aspek: kontinu, konvergen, dan konsentris. Kontinu berarti pendidikan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus dengan membuat perencanaan yang baik. Konvergen berarti pendidikan yang dilakukan bisa mengambil dari berbagai sumber di luar negeri, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Konsentris berarti pendidikan yang dilakukan tidak lepas dari kepribadian bangsa kita sendiri.
- Tri Pusat Pendidikan
Dalam kehidupan anak, ada tiga tempat penting yang menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu alam keluarga, alam perguruan (sekolah) dan alam pergerakan pemuda (masyarakat). Keluarga adalah pusat pendidikan pertama yang penting dalam membentuk karakter anak. Sekolah bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Sedangkan masyarakat sebagai pusat pendidikan yang terakhir bertugas membantu membentuk karakter anak dan mempersiapkannya untuk kehidupan sosial. Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kerja sama antara ketiga pusat pendidikan tersebut untuk menciptakan pendidikan yang holistik dan efektif.
- Berhamba pada anak
Istilah "berhamba" mungkin terdengar aneh ketika digunakan konteks pendidikan. Namun, pada intinya, KHD berbicara tentang pentingnya fokus pada kebutuhan dan kepentingan anak dalam proses pendidikan. Seorang anak atau murid harus menjadi pusat perhatian dalam pendidikan. Pendidikan harus diarahkan pada pelayanan kepada anak, yang artinya bahwa proses pendidikan harus didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan anak. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan berhak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan bakatnya masing-masing. Sehingga guru harus memperlakukan muridnya dengan kasih sayang dan memahami kebutuhan mereka secara individual
- Budi Pekerti
Budi pekerti mencakup nilai-nilai kebajikan seperti sopan santun, kejujuran, kerja sama, dan tanggung jawab. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa dengan mempelajari nilai-nilai ini, anak-anak akan menjadi individu yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Maka dari itu, pendidikan harus menanamkan nilai-nilai tersebut pada anak sejak dini. Guru harus menjadi contoh yang baik dalam berperilaku dan mengajarkan anak-anak untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki moral yang baik.
- Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani
Slogan ini bermakna "di depan memberikan contoh, di tengah memberi dorongan, di belakang memberikan dukungan". Ini berarti seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya, memberikan dorongan dan motivasi agar anak didiknya agar berkembang dengan baik, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan agar anak didiknya dapat mencapai kesuksesan.