Lihat ke Halaman Asli

Islam, Psikologi Islam, dan Psikologi Modern

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengetahui kapan pastinya psikologi agama mulai dipelajari terasa agak sulit. Karena, baik dalam kitab suci maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas. Terutama tentang psikologi Islam, ada yang mengklaim psikologi Islam telah ada lebih dahulu daripada psikologi barat/ psikologi modern. Juga muncul justifikasi bahwa psikologi Islam lebih baik dan benar karena didasarkan pada Al Quran dan hadist, pada penemuan orang-orang Islam.

Psikologi Islam jika disamakan dengan psikologi agama, merupakan hal yang keliru. Karena psikologi agama merupakan cabang dari psikologi. Dan psikologi Islam merupakan salah satu mazhab dalam psikologi yang kedudukannya masih diperselisihkan. Kedudukannya sama dengan psikoanalisis, psikobehavioristik, dan psikohumanistik.

Beberapa teori psikologi memang tampak ekstrem dan tidak manusiawi, misal dalam teori Plato dan Aristoteles lebih banyak mencurahkan pandangan tentang manusia kepada soal-soal kejiwaan manusia daripada tentang jasmaninya. Sebab menurut mereka manusia pada hakikatnya adalah hewan yang dapat berbicara, berfikir dan mengerti. Yang membedakan manusia dengan hewan adalah segi kejiwaan yang berupa akal dan pikiran. Tetapi bagi saya itu bukan masalah serius, sepanjang kita bisa menyikapi itu secara proporsional; perbaiki yang salah dan akui, benarkan, dan sempurnakan yang benar.

Menurut saya dalam Islamisasi ilmu psikologi, kita perlu tahu tiga hal penting, yaitu Islam, epistemologi, dan psikologi itu sendiri. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan.

Pertama mengenai Islam. Islam merupakan agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya melalui para Rasul. Sebagai agama, Islam memuat seperangkat nilai-nilai yang menjadi acuan pemeluknya dalam berperilaku. Aktualisasi nilai yang benar dalam bentuk perilaku akan berimplikasi pada kehidupan yang positif.Untuk memahami Islam secara sempurna, tentunya dengan bahasa Arab. Kedua, sebagai muslim, tentu harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Dan ketiga, harus memiliki wawasan ke-Islam-an. Ketiga unsur penting tersebut harus selalu ada dalam kita mempelajari Islam. Sehingga, nantinya ilmu yang didapat adalah ilmu yang utuh, dan bukan terjemahan pikiran kita masing-masing.

Kedua mengenai epistemologi, yaitu tentang bagaimana cara suatu pengetahuan atau ilmu itu didapatkan. Epistemologi membicarakan tentang bagaimana pengetahuan itu muncul dan diperoleh. apakah pengetahuan itu bersifat kemungkinan atau suatu keyakinan. Dan untuk mengetahui hakekat, keabsahan, dan kebenaran. Epitemologi juga penting dipelajari, agar nantinya saat kita belajar ilmu pengetahuan, kita mampu memilah-milah bagian-bagian ilmu pengetahuan tersebut.

Ketiga mengenai psikologi, perlunya mengetahui apa hakekat psikologi sesungguhnya. Dan siapa sajakah subjek dan objeknya.

Ketiga hal tersebut begitu penting dipelajari dalam islamisasi ilmu psikologi, mengingat integrasi Islam dan psikologi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sebab secara tidak disadari integrasi itu memadukan dua kewenangan bidang keilmuan. Pertama label Islam yang sarat akan ilmu-ilmu keislaman. Kedua label psikologi yang sarat akan cabang-cabang kepsikologian.

Seiring perkembangan ilmu psikologi, hadirlah psikologi Islam yang menawarkan pembahasan tentang konsep manusia yang lebih utuh (komprehensif). Manusia tidak hanya dikendalikan oleh masa lalu tetapi juga mampu merancang masa depan. Manusia tidak hanya dikendalikan lingkungan tetapi juga mampu mengendalikan lingkungan. Manusia memiliki potensi baik tetapi juga potensi buruk (terbatas).

Oleh karenanya, psikologi Islami sangat memperhatikan apa yang tuhan katakan tentang manusia. Artinya, dalam menerangkan siapa manusia itu, kita tidak semata-mata mendasarkan diri kita pada perilaku nyata manusia, akan tetapi bisa kita pahami dari dalil-dalil tentang perilaku manusia yang ditarik dari ungkapan tuhan dalam Al Quran.

Jadi psikologi Islam merupakan kajian atau studi tentang Islam yang dilihat dari pendekatan psikologis. Subtansi keilmuannya diturunkan dari Al Quran, Al Sunnah, dan pemikiran para ulama islam, untuk kemudian dikaji, dianalisis, dan diteliti melalui pendekatan psikologis.

Pendekatan studinya bersifat deduktif-normatif, jadi apa saja yang termuat dalam Al Quran dan Al Sunnah menjadi aksioma-psikologis yang mau tidak mau harus diterima, sekalipun tidak/belum ditemukan secara empiris.

Jika psikologi barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiris, psikologi Islam , sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa, dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiris membantu menafsirkan kitab suci.
Tujuan psikologi barat hanya ada tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.

Daftar Pustaka

Mujib Abdul. (2005). Kepribadian dalam Psikologi Islam. Rajagrafindo Persada : Jakarta.

Sri Rumini, dkk. (1998). Psikologi Umum. Yogyakarta.

Nashori, Fuad. (2002). Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline