Lihat ke Halaman Asli

Adek Ketemu Gede

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

aku gak tau harus sedih atau senang mendapat anggota baru dikeluarga ku. saat itu usia ku baru 6 th. dan aku baru saja masuk SD. Aku adalah anak tunggal dan anak paling dimanjakan dikeluarga ku. sampai akhirnya ada anggota baru yang mengusik kebahagiaanku. yaa,, sebelumnya aku memang menginginkan seorang adik. setidaknya untuk teman berceloteh ku dirumah. tapi yang aku inginkan adalah seorang adik yang berasal dari rahim yang sama dengan ku. bukan orang lain. ibu ku di vonis dokter tidak bisa hamil lagi setelah melahirkan ku. dan saat usia ku genap 5 th, aku terus merengek minta diberikan adik. tanpa tau apa yang terjadi dengan kondisi ibu. ibu terus memberikan pengertian yang bisa diterima akal sehat seorang anak kecil seusiaku tentang kondisi ibu. tapi aku gak pernah perduli. sampai akhirnya ibu mengangkat anak sahabatnya yang seorang janda yang bekerja disebuah bank swasta sama seperti ibu ku. suami nya meninggal dalam kecelakaan kereta api 4th yang lalu. setahun kemudian Tante Murni menderita penyakit diabetes. saat itu ia sudah memiliki seorang anak laki-laki berumur 3th. semakin hari kondisi kesehatan tante Murni semakin memburuk ditambah luka di kaki nya yang semakin menyebar karna jatuh terpeleset di tangga saat ia sedang bekerja. luka yang dideritanya semakin parah karna ia mengidap diabetes. tubuh nya yang semula sangat proposional, langsing, cantik dan mulus karna selalu bekerja di ruangan ber AC, kini menjadi keriput, kurus dan seperti tinggal tulang. aku sempat ikut menengoknyadi Rumah Sakit, dan melihat kondisi tante Murni yang cukup mengenaskan. dan selang beberapa hari tante Murni pun menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan ibu ku yang selalu setia menemaninya. maklum mereka adalah sahabat dari semenjak duduk di bangku SMP hingga saat itu mereka sama2 bekerja di Bank. singkat cerita ibu mengadopsi anak tante Murni yang saat itu berusia 3th. aku memang ingin adik, tapi bukan dari orang lain. aku sebenarnya suka dengan adik kecil itu. dia lucu, ganteng, dan kelihatannya dia anak yang cerdas, tapi tetap saja aku tidak suka, karna dia tidak satu darah denganku.

2th berlalu si adik semakin besar dan usianya sudah memasuki 6th. selama hampir 2th itu juga aku selalu merasa dongkol dirumah karna ibu dan ayahku sangat memanjakannya. ayah memang sangat ingin punya anak laki-laki. aku pun memutuskan untuk tinggal bersama nenek di Lampung. akhirnya ibu dan ayah mengizinkanku tinggal di Lampung dan melanjutkan sekolah disana hingga SMA. selama bertahun-tahun aku tidak pernah pulang, dan aku memang tidak mau pulang kerumah orang tua ku di Jakarta. kalaupun aku kangen, ibu dan ayah lah yang mengunjungiku di Lampung. tapi tidak pernah bersama si Adik. aku tidak pernah ingin tau siapa namanya. bahkan aku lupa siapa namanya dan aku juga tidak pernah menanyakannya. karna menjaga perasaanku, ibu dan ayah juga tidak pernah menyinggung soal adik tiri ku itu saat tengah bersama ku. hingga suatu malam aku mendengar percakapan antara ibu dan adik ku di telfon. rupanya dia tinggal dipesantren, dan sebentar lagi akan lulus dan akan melanjutkan kuliah. itu artinya sekarang dia sudah besar. dan bahkan aku tidak pernah tau bentuk wajahnya seperti apa sekarang saking tidak suka nya aku pada dia. hingga untuk pertama kali nya setelah bertahun-tahun aku baru menanyakan perihal adik ku pada ibu.

"ibu telfonan sama si adek ?" tanya ku pelan tapi membuat ibu terkejut dan segera menutup telfonnya.buru-buru ibu menyambuti pertanyaanku dengan lembut

"ehh.. ia Cha, kamu..."

"ia maap Acha gak sengaja denger tadi, emang dia tinggal di pesantern gk dirumah" tanya ku lagi kali ini dengan nada yang serius.

ibu menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "ibu sudah beritahu siapa dia sebenarnya waktu dia kelas 2 SMP, karna ibu rasa dia sudah cukup besar untuk tau hal itu. awalnya dia sangat shock tapi akhirnya dia bisa menerima dan memutuskan melanjutkan SMA nya di pondok pesantren sekaligus menenangkan dirinya. dia anak yang baik lho Cha, dia sangat sayang sama ibu dan ayah" papar ibu panjang sembari menitikan air mata

"aku juga sayang sama ibu sama ayah, jauh lebih besar daripada si anak tiri itu. aku juga cuma pengen nenangin diri dan berusaha mandiri tanpa ayah dan ibu makanya aku mutusin tinggal di rumah nenek." balas ku sambil berlinang air mata juga. ada kecemburuan yang semakin besar terhadap si adik yang mendapatkan perhatian dan penilaian spesial dari ibu. mungkin disana ibu selalu membanggakan si adik ketimbang aku yang jauh disini.

"kami sayang semua, tanpa membedakan-bedakan siapa kalian. anak kandung ibu atau bukan. pulanglah, nak. lanjutkan kuliah mu di Jakarta dan tinggal lagi bersama ibu dan Ayah. ibu rindu sama kamu, ibu juga pengen memantau kamu dari dekat. nanti sewaktu kamu berkeluarga juga kamu akan meninggalkan ibu. tapi setidaknya bekaskan lah cerita bersama-sama keluarga kita seutuhnya, nak..." air mata ibu terus berderai seraya memeluk ku dengan erat. aku membalaspelukan ibu.

akhirnya aku memutuskan untuk kembali tinggal bersama ibu, ayah dan pindah kuliah di Jakarta. karna aku sudah kuliah di Lampung dan sudah semester 4. dan kebetulan sekali aku pindah ke kampus baru ku memasuki semester tahun ajaran baru. aku sudah semester 5.

Kembali kerumah setelah bertahun-tahun meninggalkannya aku merasa asing dirumahku sendiri, tapi tidak ada yang berbeda dengan kamarku yang dulu. semuanya masih terasa seperti 12th yang lalu. boneka2 yang selalu menjadi sahabat setia ku pun masih tertata rapi ditempatnya tanpa debu sedikitpun

"gak ada yang berubah kan, karna ibu yakin kamu pasti balik. dan setiap hari ibu membereskannya sepulang ibu kerja" tukas ibu sambil memelukku dari belakang

"maaf ya buk, Acha ngerepotin ibu tiap hari. harusnya kan Acha yang beresin.."

sudah seminggu aku tinggal dirumah, tapi aku benar-benar lupa kalau sebenarnya kami gak hanya bertiga dirumah ini, kemana si adik ? apakah dia masih dipesantren? tapi semua tentang dia gak berbekas dirumah ini. bahkan sekedar foto keluarga pun tidak ada. sebegitu sangat menjaga perasaanku kah mereka sampai melenyapkan semua tentang si adik dari rumah ini? aku menengok kamar yang kurasa baru ku lihat. sepertinya itu ruang baru. pasti itu kamar si adik. aku penasaran, pasti disana ada fotonya. aku ingin lihat seperti apa bentuk rupanya sekarang. tapii... gak ada satupun bingkai foto dalam kamar yang berwarna putih itu. semuanya bersih hanya ada satu bingkai kaligrafi bertuliskan "Ayat Kursi" yang menggantung tepat di atas kepala dipan tempat tidurnya. aroma kamar itu memang bau laki-laki, tapi sepertinya sudah lama tidak di tiduri. aku membuka laci dan senyum ku mengembang saat menemukan buku album sekolah. sepertinya itu buku kenangan waktu SMP. aku buka satu persatu, dan aku perhatikan wajahnya. tapi tidak satupun ada yang aku kenal. bahkan aku tidak mengenali adik ku sendiri yang mana. yaa.. adik tiri ku yang mana? tanpa ku sadari, air mata ku menetes membasahi salah satu wajah difoto itu, sekitika aku meyakini bahwa itu lah adik ku. itu isyarat mungkin. buru-buru aku menutup nya kembali dan mengembalikan ditempat semula. aku gak mau terbawa emosi, aku kembali menyusuri setiap sudut diruangan itu, dan aku tertuju pada lemari pakaian, aku membukanya dan memperhatikan isi pakaian didalamnya. rapih, sangat rapih. sambil menghela nafas panjang, aku beranjak keluar dan meninggalkan kamar itu dengan perasaan sedih. aku merasa sedih karna selama ini sudah jadi orang yang sangat jahat padanya.

Hari ini adalah hari dimana aku menjadi mahasiswa baru semester 5 dikampus baru ku. mau tidak mau, aku harus mengikuti program orientasi di kampus baru ku untuk mendapatkan sertifikatnya. karna peraturannya begitu, walaupun aku sudah mengikuti masa orientasi di kampus ku yang lama. aku hanya mengikuti sekedarnya, dan tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiriku dengan ramah disela-sela jam istirahat. peluh nya banyak sekali, ia menawari ku minuman ion dan aku menerimanya dengan senang hati karna kebetulan aku memang sedang haus

"dari SMA mana mbk?" tanya nya memulai perbincangan

"ohh.. gw smester 5, tapi karna maba dikampus ini. jadi harus ikur re-orientasi" jawabku santai sambil meneguk minuman ditangan ku

"ohh.. saya kira, mahasiswa baru smester 1, abis muka nya masih imut mbk. hehe"

"ahahaa, bisa aja. oya.. makasih minumannya. nama gue Tasya. lo siapa?"

"saya Abi, mbk. iya sama-sama. lagian saya liat mbk sendirian. saya juga belum dapet temen"

disela istirahat saat masa orientasi aku menemukan teman yang menurutku lumayan asik. setelah perkenalan dan perbincangan itu kami jadi cukup akrab. bahkan kami sering ngobrol dikantin kampus kalau gak sengaja bertemu di sela istirahat jam kuliah.

3bulan berlalu dan hubungan kami jadi semakin akrab, sampai suatu ketika Abi mengajak ku ke sebuah rumah kontrakan sederhana dan disitu terdapat puluhan anak-anak sedang belajar. aku bingung. apa maksud Abi mengajakku kesini.

"mau ngapain kita disini?' tanya ku heran sambil menunjukkan wajah kurang nyaman

"ini rumah singgah yang saya rintis bersama teman-teman saya, dan saya mau ngenalin kamu dengan seseorang. tapi kamu gak perlu khawatir dan takut.."

"maksudnya apa sih?" tanyaku lagi semakin keheranan

"mbk kan pernah cerita kalau lagi bingung mau buat karya tulis untuk ngajuin judul skripsi. mungkin cerita nyata tentang hidup teman saya ini bisa menginspirasi kamu mbk" jawab Abi lugas

sejenak aku terdiam, mengikuti Abi yang memasuki ruang kecil berupa kamar yang penuh dengan tumpukan buku-buku dan disana terbaring lemah seorang laki-laki sepantaran Abi. wajahnya pucat pasi, tatapannya kosong dan nanar melihat siapa saja yang datang melihatnya. entah kenapa dada ku berdegup kencang, aku seperti mengenali wajah ini. tapi aku gak ingat. mungkin de javu gumamku dalam batin. perih hatiku melihat lelaki ini. sepertinya ia kesepian. aku bisa merasakan dari tatapannya yang melihat wajahku begitu dalam. seolah ia pernah tau akan diriku dan mengenaliku.

"namanya Arya, mbk. dia temen SMP saya. sudah 2th ini dia direhab disini" ujar Abi lirih

"rehab? dia pemakai?"tanyaku penasaran. sangat menggebu-gebu perasaan ku ingin tau cerita lelaki ini

"ia, karna tertekan batin. orang tuanya meninggal saat dia masih kecil, ia diasuh orang lain. tapi entah kenapa setelah lulus SMA dipesantren dia malah berubah seperti ini"

"dia jebolan pesantren tapi kok pemake?'

"besok saya ceritakan ditempat yang nyaman, supaya mbak bisa sambil merekam atau menulis ceritanya" putus Abi membuat Acha semakin penasaran dan mereka memutuskan untuk pulang.

Karna penasaran dan gak mau menunggu lama. akhirnya aku memberanikan diri untuk pergi sendiri menemui Arya kembali esok malamnya. aku yakin Arya pasti mau menerimaku, karna dia selalu menatapku dengan senyum lugas diwajahnya. aku memacu mobilku sendiri, melaju dan sampai disebuah gang kecil yang kemarin sore aku datangi bersama Abi. dikejauhan aku melihat mobil yang sangat tidak asing bagi ku. seperti mobil ayah, yaa.. plat mobilnya pun sama. karna aku hapal plat mobil ayah. apalagi ada stiker tinkerbell dibelakangnya yang menjadi tanda ciri khas dimobil itu. aku memang pergi gak permisi pada ayah dan ibu. aku juga gak tahu persis ibu dan ayah dirumah atau tidak. tapi, untuk apa mereka kesini. tiba-tiba degupan jantungkun sangat kencang. bahkan tangan ku bergetar dan seluruh tubuhku menggigil. aku seolah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. aku berpura-pura mengalihkannya. aku menguatkan diri memasuki gang itu menuju sebuah rumah kontrakan yang pernah aku datangi dengan tatapan malas kala itu. dan saat aku perlahan memasuki rumah yang tak berisi barang2 itu. aku melihat 5 orang tengah menatap miris kearah lelaki yang disebut Arya itu. ada seorang ibu paruh baya dan seorang bapak yang sangat aku kenali

"ibuuuk.... ayaaahhh....." bisik ku setengah bergetar. air mataku langsung menyeruak tumpah. ibu yang kaget dan tak menyangka pertemuan kami seketika seperti ter pause oleh keadaan.

"Achaaa...." jerit ibu sambil menyeruak memelukku. aku gak sanggup berucap. dia kah adik ku? adik tiri ku? seorang anak yatim piatu yang sangat ku benci? ya Allah, benar kah ini? aku terus termangu mencoba mengumpulkan tenaga untuk menguatkan diri

"dia adik mu, naaakk.. Arya namanya. dia sakit" erang ibu menahan sesak sambil terus memelukku. semua yang ada didalam itu tak kuasa menahan air mata.

aku berjalan menuju Arya, adik tiri ku. seorang anak yatim piatu yang aku dzalimi (mungkin). aku langsung memeluknya erat. ia membalas pelukkan ku ragu2.

"peluk lah dek, ini kakak. maafin kakak yang gak pernah mau kenal dengan kamu" isak ku menyesal. aku merasakan degupan kencang di dada Arya dan ucapan lemah nya yang bergetar seolah berkata "kakak". aku baru ingat, inilah wajah yang aku tetesi air mata saat aku membuka buku tahunan SMP dikamar asing dirumah ku. hanya wajahnya kelihatan lebih tirus saat ini. Dan aku tahu namanya Arya

Atas desakan ku, aku meminta Arya di rehab di tempat yang sebenarnya sampai ia benar-benar pulih dan kembali kerumah bersama kami.

****

Arya menjadi pemakai setelah ia tahu kalau aku akan kembali ke rumah. ia sudah lulus dari pondok pesantren. ia juga sudah kembali kerumah, tapi karna takut bertemu denganku, ia memutuskan untuk pergi dan tinggal sendiri. ibu dan ayah sudah melarangnya. tapi ia bersikeras karna gak mau menyakitiku dan mengambil hak kasih sayangku sebagai anak kandung ibu dan ayah. ia frustasi karna merasa tidak memiliki siapa2 didunia ini. ia juga yang meminta ibu dan ayah mencopot semua foto-fotonya dirumah. itu semua ia lakukan agar ia tak berbekas dirumah itu dan membuatku merasa tidak lagi tersisih karnanya. ia juga selalu menceritakan perihal diriku pada teman-temannya. dan Abi adalah salah satu orang yang tau persis ceritanya. Arya menjadikan wallpaper foto ku di laptopnya. ia begitu menyayangiku, sedang aku mengacuhkannya. maka saat Arya melihatku saat masa orientasi, ia memahami ku dalam2 dan meyakini aku adalah TASYA.. yaa.. aku kak Acha. kakak yang sangat di rindukan oleh adik yang begitu santun dan berhati mulia yang pernah aku sakiti batinnya. Arya memang anak baik, dia berubah karna gak sanggup melawan terpaan gejolak minder dan malu padaku. ia malu karna bukan bagian dari keluarga ku, bukan satu darah denganku.. tapi kini aku menyayanginya, aku merasa satu darah dengannya, aku lah kakak nya. aku lah orang yang akan memeluknya menghadapi dunia, dan menghadapi kesakitannya. Aku yang akan menjadi obat penyembuhnya. berjuanglah adik ku sayang, dan kini dengan lantang ku katakan. DIA ADIK KU ! :’)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline