Lihat ke Halaman Asli

Ternyata Dia...?

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mau kemana Li ?"
aku sebenarnya malas menjawab pertanyaan Retno yang ini. entah kenapa, pertanyaan itu membuatku menjadi pecundang. yaa.. pecundang yang kalah. kalah taruhan dengan seorang lelaki yang sangat tidak menjadi pengharapanku.
"huh, mau keluar sebentar.." jawabku malas
"yaa kemana loh, neng" tanya retno lagi penasaran. jelas penasaran karna gak biasanya aku sedikit bersolek tapi berdresscode piyama.
"gue mau keluar sebentar nemenin Dido makan. eittss... ini sebagai bentuk tanggung jawab gue karna gue kalah tarohan. bukan berarti gw mau jalan sama dia...." jawabku sewot dan langsung menyambar dompet kecil ku dan beranjak keluar menemui seorang lelaki yang sedang duduk kikuk sambil terus merapihkan kaos nya.

"Hemm.. Uli... yang akur yaa. hehe" ejek Retno dari balik pintu. dan itu sangat membuatku gusar. lain lagi dengan Dido, dia malah kelihatan menikmati ejekan Retno.
"mau makan dimana, Li ?" tanya Dido malu-malu
"mhh.... terserah elo deh. kan elo yang menang. tapi ini cuma bentuk tanggungjawab gue ya ! inget ! jangan berfikir atau berharap yang aneh-aneh" sergah ku ketus dan langsung naik ke motor matic Dido.
Nampak Dido jadi kaku mendengar ucapanku tadi. melihat air muka Dido yang berubah kaku aku jadi gak enak. yah, mau gak mau aku mencoba mencairkan suasana.
"eehhh.... kita makan sate aja yuk dipinggir sono, bosen makan junkfood terus"
"waahh... selera kita pas, Li. tadinya gue pikir lo gak mau makan diemperan. hehe"
"yeee... klo laper mah dimana aja enak. asal jangan pinggir got aja tempat makannya. yaudah ah cepet pesen." perintah ku bak putri raja, dan Dido menurut saja.

"duh..duh...duuhh,, Didooooo..... liat-liat dong, pake nabrak segala sih. baru juga makan di emperan udah gupek" aku mengomel didepan Dido yang menabrak ku. entah taruh dimana matanya. dan kejadian itu sukses membuat kami berdua menjadi bahan tontonan disana. Aku langsung beringsut ke tempat duduk dengan wajah cemberut. dan terlihat Dido sangat merasa bersalah.

"maaf ya, Li. gw gak sengaja" tukas Dido agak sedikit takut. terlihat wajahnya sangat gugup.
"yaya gpp, untung gue gk jatoh tadi. klo gak tarok dimana muka gue" balas ku dengan nada gusar.
"ya deh, kan gak sengaja.."  kami pun melanjutkan makan.

Sepulang dari makan Dido mengajak ku ke Taman Kota sebentar, nampaknya dia sengaja mengulur waktu untuk terus bersamaku. yaa, bisa dibilang Dido memang fans beratku dikampus. Ia sudah berpuluh-puluh kali menyatakan cintanya padaku, tapi aku terus menolaknya. mau bagaimana lagi, potongan style nya bukan tipe aku banget. apalagi kelakuannya yang teledor. Kami berdua memang beda fakultas, hanya saja satu kampus. dan Fakultas kami berdua bersebelahan gedungnya. Dido anak yang sangat lugu dan mhh... menyebalkan bagiku, ia anak kedokteran sedang aku hanya mahasiswi jurusan komunikasi yang bisa dibilang mahasiswi standard. IP ku gk pernah lebih dari 2 koma, sedang Dido. Ia anak orang terpandang, cerdas, tapi sayang aku sama sekali tidak tertarik padanya. entah apa yang ia lihat dariku. ia begitu tergila-gila padaku. mungkin makhluk dikampus ku yang berjenis jantan cuma dia yang punya persentase perasaan penuh terhadapku. ya sudahlah, ku jadikan itu salah satu anugerah dari Tuhan YME hehee :)

"ya ampuunn Didooooooo... bisa gk sih klo jalan gk pake nabrak, guuu...." belum sempat aku menyelesaikan kata-kata ku, mulutku langsung terkunci karna ternyata yang menabrak ku bukan Dido, melainkan seorang malaikat mungkin. gimana enggak.. "masya allah cakepnya" gumamku dalam hati
"ehh maaf mbak, tadi saya kesandung. tapi untung ada mbk, klo gak saya udh jatohke sungkur tadi" tukas lelaki tampan yang hmm... aroma parfumnya begitu menggoda, dan aku hampir saja jatuh lemas melihat ketampanannya. sampai terasa waktu berhenti dan lagi-lagi Dido
"hey.. lo kenapa, Li ?" Dido datang dan membuyarkan semuanya
"loh, cowok tadi mana?" tanyaku kesal pada Dido
"oh.. dia udah pergi. lagian lo bengong aja"
"apaa... bahkan gue belum sempet kenalan ato sekedar tukeran pin. ahhh Didoooo, kenapa lo gk sergah dia"
"pulang aja lah yuk, kesambet ntr lu lama-lama disini" Dido menarik tanganku dan kami beranjak pulang.

Entah kenapa aku lagi kepingin banget pergi ke perpustakaan. sekedar ngadem mungkin, diluar emang lagi terik banget. Lagian Retno juga gak sama sekali keliahatan batang hidungnya. begitu juga Dido. biasanya dia bak hantu disiang bolong yang tiba-tiba saja sudah didepan mata. Dan tiba-tiba saja mataku tertuju pada sesosok makhluk indah yang sedang membaca buku di ujung dekat rak buku sastra. "ahh.. itu cowok semalem. pertanda bagus ini. klo di FTV sih udh pasti jodoh" cekikik ku sendiri sambil bergumam. Aku beranjak kesana berpura-pura memilih buku dan mengambil salah satu diantaranya dan langsung mengambil posisi mantap pas dan akurat didepan sosok indah tadi malam. Berharap dia menggubrisku, aku menarik kursi agak bersuara dan itu membuat ibu perpus melirik mantap ke arahku. dan aku hanya meringis. dan yesss... dia memalingkan wajahnya dari buku yang sedari tadi dipandangnya. yang pasti dibacanya. Hikss.. cuma nengok doang. ajak gue kenalan kek. tanyain buku yang gue baca kek, ishhh.. Tanpa sadar aku membanting buku ku. dan ahh... itu membuatnya merasa terganggu.
"maaf mbk.." yup, kalimat pertama sedikit berhasil
"ehh,, yaa maaf. kebawa emosi baca buku ini" ku coba mengalihkan. tapi ia nampak heran. berkali-kali ia memperhatikan buku bacaan ku
"baca kamus bahasa ampe kebawa emosi? mbk menjiwai sekali setiap kata-kata yaa.." balasnya sambil tersenyum mengejek.
"What.. gue salah ambil buku". aduuh, bodoh banget sih. pandiirrr..... udh tau baca kamus, malah sok-sok bilang menjiwai. apa juga yang dijiwai dari baca kamus :/

"lo yang semalem gw tabrak kan?"
"hah.. eh.. iya yaa.." tiba-tiba ia memulai pembicaraan diluar perpus pas kami sama-sama menuju loker mengambil tas. "maaf ya, semalem ninggalin lo gitu aja. gue buru-buru. gue Ghema"
"ohh. iya gpp. gue Uli" balasku deg-deg an. ohh my god. isn't dream right??
"
jurusan apa?" tanya nya lagi. kali ini lebih santai sambil berjalan keluar perpus
"gue anak komunikasi, lo sendiri ?"
"ohh, gue hukum, oke Li. gue duluan ya. 10 menit lagi gue ada kelas. gue duluan ya.."

Sejak perkenalan itu kami berdua jadi makin akrab. entah bagaimana menceritakannya, pokoknya kami sudah akrab. daaan.. lagi-lagi
"ada apalagi sih, Do.." tanyaku kesal pada Dido yang sedari tadi mengikuti ku.
"kita makan siang bareng yuk, gw baru dpet kiriman nih"
"gak ahh.. gue udah ada janji"
"ayolah, Li. makan dimana aja deh. ada yang mau gue omongin juga" paksa Dido terus dan itu membuatku gusar. ditambah lagi Dido mulai berani memegangku
"ehh... lo udah lancang ya. lepas gak ! denger ya Do, lo gk usah ngeharepin gw lagi. GUE GAK PERNAH TERTARIK DENGAN LO!!!" bentak ku kasar. dan saat itu juga Ghema datang dan melihat ku sedang mengomel didepan Dido yang terlihat lunglai dan shock ku bentak.

"pergi sekarang yok, Ghe.." aku langsung menggandeng lengan Ghema dan menariknya pergi. dan langsung beranjak masuk ke mobil Ghema. kami meninggalkan Dido yang tertegun dalam melihat kami berdua berlalu begitu saja. nampaknya aku memang jahat, tapi mau gimana lagi.
"kok lo jahat banget sih sama cowok tadi" Tanya Ghema. dan itu membuat ku salah tingkah, aku gak mau Ghema berburuk sangka padaku. "ohh.. itu tadi cuma tetangga, dia emang...."
"kita udah sampe, yuk turun.." belum sempat aku melanjutkan ceritaku Ghema dengan cepatnya langsung memotongnya dan terlihat tidak tertarik pada ceritaku. Tapi kan tadi dia yang nanya.
Setiba disana, kami disambut oleh seorang gadis cantik yang langsung menyambut Ghema dengan mesranya, dan Ghema membalas dengan merangkul pinggangnya. dan nyesssss, blleessss,, pediihh. sakiiitttt. ternyata itu pacar Ghema, dan ia mendekatiku untuk mengajakku bergabung dengan kelompok kuliah pacarnya yang kebetulan adalah mahasiswi komunikasi juga. Ya Allah, karma mu langsung kau tunjukkan padaku atas Dido. aku menggumam menyesal dalam hati. air mata ku hampir menetes dan aku segera meninggalkan mereka tanpa pamit. aku gak perduli, aku langsung berlari pulang. dan yang aku inginkan adalah menemui Dido, meminta beribu maaf padanya. tapi sayang, kata Retno ia baru saja menemui Retno dikontrakan untuk berpamitan. ternyata ini. yang ingin Dido katakan adalah untuk berpamitan.

"Dido udah pergi setengah jam yang lalu, katanya tadi dia mau pamitan sama lo. tapi lo malah marah-marah. dia juga nitipin sate buat lo. katanya ini bayaran taruhan waktu itu. impas katanya. gw cuma nyampein amanat dari Dido. gue tau lo gak suka sama Dido, tapi menghargai perasaan oranglaen itu adalah hal berharga dari sekedar dapet berlian. lo inget kata-kata gw ya Li. HARGAIN SIAPAPUN YANG ADA DI DEKET ELO"
Aku gak bisa lagi nahan air mata yang langsung berderai hebat. aku udah menyia-nyiakan orang yang begitu mencintaiku, menjagaku, melindungiku, terlebih memperhatikanku.Didooooooooo...........

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline