Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Negeri Kecuali

Diperbarui: 12 Oktober 2016   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena sosok sakti yang mampu melakukan perbuatan di luar logika di tengah masyarakat di Indonesia sudah ada sejak zaman kita masih sekolah pakai celana pendek, jauh sebelum adanya komputer bahkan telepon pintar. Ketika orang menulis dengan daun lontar juga sudah ada.

Dulu ada Mpu Gandring dengan kesaktian mampu mengolah logam nan membara menjadi sebilah keris yang ampuh*1. Sosok yang tak mempan ditembus pisau juga ada di peradaban bangsa kita. Sebutlah ilmu mengunyah silet, memakan kaca sampai berjalan di atas bara api, kesaktian ini sering dipertontonkan secara terbuka sebagai sebuah hiburan.

Kita kembali dihebohkan dengan temuan sosok-sosok orang sakti yang mampu menambah kekayaan dengan cara-cara yang sulit diterangkan dengan nalar kaum awam. Konon hanya orang-orang sakti pula yang bisa “melihat” seperti apa kesaktian ini terjadi dan berproses.

Fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo Jawa Timur, atau sosok sakti lainnya di daerah dan kota lain yang akhir-akhir ini harus berurusan dengan Polisi karena kesaktian mereka berujung pada kerugian pihak lain.

Mereka mengaku sakti, berilmu tinggi bahkan berani mengaku sebagai Tuhan bisa melipat-gandakan kekayaan. Fakta ini seakan melupakan ajaran agama dan rasulNYA, supaya manusia bekerja.

Rasulullah SAW bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang lalu meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak”. (HR Bukhari)

NEGARA HARUS BERPERAN

Dalam lingkup negara, campur tangan pemerintah layak dan sudah semustinya menangani temuan seperi Dimas Kanjeng Taat Pribadi  atau Kanjeng-Kanjeng lainnya.

Hakekat kehidupan bernegara (berkelompok) seperti yang digambarkan Ki Hajar Dewantara, dilandasi kesadaran secara bersama-sama menuju kehidupan yang maju dengan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan*2.

Untuk temuan fenomena Dinas Kanjeng Taat Pribadi, jelas dan gamblang telah terjadi pelanggaran harkat kehidupan berkeadilan, dimana seseorang rela menyerahkan harta kekayaan; seluruh isi tabungannya dengan harapan menjadi semakin kaya dan semakin makmur. Yang pada kenyataannya, hanyalah mimpi, bualan belaka.

Kesaktian yang dipamerkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di depan pengikut dan simpatisannya, direkam dan diunggah ke internet hanyalah sandiwara belaka. Sampai sekarang belum ada pihak mau dan ikhlas mengaku menjadi kaya-raya sesudah “menyetorkan” mahar nilai tertentu dan dana setoran tadi menjadi berlipatganda. Belum ada satupun pihak yang mengaku berhasil menggunakan ajian; kotak ATM ghoib dari Kanjeng Dimas Taat Pribadi untuk menghidupi dan mensejahterakan sanak keluarga; memodali usaha atau yang lebih ekstrim membangun desanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline