Lihat ke Halaman Asli

Santri sebagai Tonggak Perjuangan Negeri

Diperbarui: 16 Oktober 2022   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 22 oktober nanti, kita akan memperingati Hari Santri Nasional. Kenapa Hari Santri di peringati??? Apa sejarah yang ada di dalamnya sehingga kita harus memperingatinya? Apa makna santri itu sendiri? Dan apa peran santri bagi Indonesia? Baiklah, mari kita bahas Bersama

Tanggal 22 oktober mendatang diperingati sebagai Hari Santri Nasional sesuai yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 oktober 2015 dimana  Beliau mengeluarkan keputusan presiden nomor 22 tahun 2015 terkait hari santri nasional. Kita mengenalnya sebagai santri, sosok yang terkesan alim, lugu, dan religius. Namun, apakah makna sebenarnya seorang santri itu???

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata santri mengandung dua makna. Pertama adalah seseorang yang mendalami agama Islam, dan makna kedua ialah seseorang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang sholeh. Kata santri ini digunakan untuk seorang yang memperdalam ajaran agama di pondok pesantren, dari situlah tercetus kata "santri".

Kendati begitu, ada banyak sekali yang memaparkan sejarah dan asal usul santri. Bahka tidak sedikit para ahli meyakini bahwa tradisi nyantri sudah ada sejak dulu, sebelum ajaran Islam masuk Ke Nusantara, atau pada masa Hindu dan Budha.

Salah satu asal usul istilah "santri" dikutip dari buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur, santri berasal dari Bahasa sanskerta yaitu, sastri yang artinya "melek huruf" atau "bisa membaca". Sanskerta merupakan bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddha, dan ajaran Jainisme, serta salah satu dari 23 bahasa resmi di India. Sanskerta perah digunakan di Nusantara pada masa HindU dan Buddha pada abad ke-2 M hingga abad ke16 seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Ada pula yang mengaitkan dengan kata-kata dalam Bahasa Inggris, yaitu sun (matahari) dan three (tiga) yang bermakna tiga keharusan yang harus dimiliki oleh seoorang santri adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Dimana ketiga hal tersebut harus ada pada diri seorang mukmin bukan hanya pada santri.

Adapun menurut kiai asal salatiga, yakni Ustadz Hari Surasman, saat mengisi ceramah pada kegiatan Pengajian Dzikir dan SholawatSariro di Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Surakarta, dan hal ini juga disampaikan oleh abuya saya, seorang pimpinan di pondok pesantren yang saya dulu tempati pada Apel Hari Santri lalu. Kata santri itu berasal dari Bahasa Arab, yang terdiri dari 5 huruf, yaitu, sin, nun, ta', ro', dan ya'. Pertama, seorang santri harus menjadi saafiqul khoir atau pelopor kebaikan, dimanapun ia berada. Bahwa, tidak hanya ketika kita menjadi santri, ketika kita sudah lulus pun kita harus terus tetap menjadi pelopor, dan selamanya kita menjadi santri. Itulah pesan kyai dan ustadz ustadzah di pondok dulu.

Kemudian penjabaran dari huruf nun, naasibul ulama (penerus ulama) yang merupakan kader, calon yang kelak diharapkan menjadi penerus ulama. Yang ketiga huruf ta', taarikul ma'ashi (meninggalkan maksiat), santri senantiasa menjaga dirinya dari kemaksiatan yang membawa kepada keburukan. Sedangkan huruf ro' dan ya' sebagai syarat yang mesti dimiliki par santri, yaitu Ridho Allah dan sifat yaaqin, bahwa segala apapun yang dilakukan diniatkan untuk mengharap ridho Allah dan selalu yakin terhadap apa yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik untuk kita. Supaya mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Santri menjadi sosok penting bagi negara Indonesia ini sendiri, hal ini dibuktikan dengan adanya peringatan hari santri nasional. Sejarahnya adalah, pada tanggal 22 oktober 1945, seorang ulama masyhur juga pahlawan nasional KH.Hasyim Asy-'Ari menyerukan kepada semua santri untuk bergabung dalam resolusi jihad melawan para penjajah Indonesia terutama Jepang dan Belanda yang mencoba masuk kembali seperti dulu. Adapun pertempuran yang sangat dahsyat diberbagai wilayah Indonesia, salah satunya di kota Surabaya tanggal 15 november 1945.

Para ulama dan santri telah mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari bahaya dan ancaman yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Jika pada masa itu santri melahirkan fatwa jihad melawan  penjajah, maka saat ini santri berperan penting dalam mengisi kemerdekaan  dan memajukan NKRI. Hal ini menjadikan santri sebagai tonggak perjuangan bagi negeri ini, karna tanpa santri dan ulama yang berperan di dalamnya Indonesia tidak akan berada di titik seperti sekarang ini.

Lalu, apakah yang perlu dilakukan seorang santri saat ini??? Di zaman yang sudah maju seperti sekarang ini, ada banyak hal yang dapat kita lakukan dengan mudah, diantaranya selalu update dan mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih, dengan adanya aplikasi seperti sosial media kita dapat melakukan banyak hal di dalamnya, yaitu menebar dakwah lewat tulisan, konten video hijrah yang menarik tanpa menyinggung agama lain, atau SARA. Bisa juga lewat podcast dakwah yang menerangkan materi-materi tentang ajaran islam yang sangat luas dengan gaya bicara yang seru, tidak menoton, dan harus menarik. Agar pendengar tidak mudah bosan mendengarnya apalagi menyampaikan tentang sejarah Islam. Tentu hal itu menjadi kesempatan besar bagi para santri untuk memajukan negara tercinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline