Pada tanggal 7 November 2020, Ketua Badan Penyelidik Usaha- usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PPII), A.Cholil Ridwan membacakan deklarasi pengaktifan kembali Partai Masyumi. Menurut Masri Sitanggang sebagai Ketua Panitia Persiapan Partai Masyumi, pengaktifan kembali Partai Masyumi ini sebagai upaya untuk melahirkan kekuatan politik umat islam. Hal serupa juga disampaikan oleh MS Kaban selaku anggota majelis syuro Partai Masyumi Reborn, beliau menyampaikan bahwa salah satu alasan pengaktifan kembali Partai Masyumi adalah keprihatinan terhadap kondisi kekuatan politik islam yang sekarang dinilai semakin dipersempit.
Menilik Sejarah Masyumi
Seperti yang kita ketahui jika berkaca dari sejarah, maka dinamika Partai Masyumi sangatlah kompleks. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) sendiri awalnya merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh Jepang pada tanggal 24 Oktober 1943 dengan tujuan untuk mengendalikan umat islam di Indonesia. Akan tetapi pada tanggal 7 November 1945 pasca kemerdekaan, organisasi Masyumi ini bertransformasi menjadi salah satu partai politik islam terbesar pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dan mampu mendapatkan 7,9 juta suara yang mengantarkan Partai Masyumi sebagai partai ke-2 dengan perolehan suara tertinggi pada Pemilu tahun 1955.
Kepopuleran Partai Masyumi mulai redup ketika beberapa anggota dari partai tersebut ditangkap oleh pemerintah karena bergabung dengan gerakan separatis PRRI. Sejak saat itu, Presiden Soekarno membubarkan Partai Masyumi dan para anggota Partai Masyumi kembali meniti karir politik dengan membentuk beberapa partai seperti Partai Bulan Bintang, Partai Amanat Nasional, Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi.
Politik Aliran dan Demokrasi
Kejayaan Partai Masyumi tidak terlepas dari kejayaan politik aliran pada tahun 1955. Menurut Feith, hasil pemilu tahun 1955 mencerminkan kekuatan partai politik yang tumbuh dari basis aliran. Basis aliran tersebut di kategorikan oleh Geertz kedalam 3 aliran yaitu abangan, santri dan priyayi. Dari ketiga politik aliran inilah kekuatan partai politik masa lalu dapat terbentuk, salah satunya menjadi sumber kekuatan Partai Masyumi pada saat itu adalah kalangan santri.
Dengan adanya politik aliran jarak antar ideologi pada partai politik terlihat jelas dan partai politik pun memiliki platform dan konstituen yang jelas. Akan tetapi pasca reformasi, terbukanya kran demokrasi menjadi salah tantangan tersendiri bagi sistem kepartaian di Indonesia.
Sistem demokrasi dan sistem multipartai inilah membuka peluang terbentuknya partai politik demi menjunjung tinggi partisipasi dan hak politik masyarakat, akan tetapi disatu sisi terbukanya kran demokrasi justru mengkaburkan politik aliran sebagai pondasi dalam partai politik. Hal tersebut tentunya menimbulkan hyper partai politik dan yang disayangkan adalah ketika banyak partai politik terbentuk bukan semata-mata untuk menampung aspirasi masyarakat akan tetapi mereka ada hanya untuk kepentingan mereka sendiri dan sebagian besar partai politik tidak memiliki ideologi dan platform yang jelas, dan tidak menutup kemungkinan terbentuknya partai politik hanya dijadikan sebagai partai presidensialis saja mengingat mereka biasanya terbentuk menjelang pemilihan umum
Masyumi Reborn: Indikasi Partai Presidensialis.
Jika dikaitkan dengan politik aliran dan partai presidensialis, kasus pengaktifan kembali Partai Masyumi sedikit menimbulkan 2 pertanyaan besar bagi penulis apakah pengaktifan kembali Partai Masyumi adalah sebagai bentuk usaha untuk menguatkan kembali politik aliran islam yang sekarang telah sedikit memudar? atau hanya sebagai alat untuk mencapai kekuasaan dalam pemilihan presiden tahun 2024 ?
Pengaktifan kembali Partai Masyumi tentu saja tidak akan mudah dalam menguatkan kembali politik aliran islam. Karena seperti yang kita ketahui, pasca reformasi sampai sekarang partai islam telah bertransformasi menjadi beberapa partai politik, hal tersebut tentunya berbeda dengan kondisi partai politik di Indonesia pada masa Pemilu 1955 saat Partai Masyumi mampu memperkuat partai islam. Melihat kondisi perpolitikan dan pola pikir masyarakat sekarang, maka akan sangat sulit bagi Partai Masyumi untuk kembali menguatkan politik aliran islam. Jika tujuan untuk mengkuatkan politik aliran islam kurang memungkinkan, maka peluang terbesar adanya pengaktifan kembali Partai Masyumi Reborn ini adalah menjadi partai presidensialis, terlepas dari siapa yang akan menjadi kandidat dari partai tersebut.